Penyewa Rumah Semakin Tertekan Akibat Kenaikan Biaya Hidup di Australia

SiswantoABC Suara.Com
Senin, 27 Juni 2022 | 16:14 WIB
Penyewa Rumah Semakin Tertekan Akibat Kenaikan Biaya Hidup di Australia
Ilustrasi properti di luar negeri. [Pixabay]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Jumlah rumah terjangkau menyusut

Sebuah laporan dari salah satu organisasi penyewa rumah (RAHU) pada bulan Februari lalu menyebut 91 persen klien mereka mengalami tekanan akibat biaya sewa rumah.

Laporan bernama Roofs For Ransom ini mengambil data hingga Oktober 2021, sebelum inflasi memuncak.

Data Biro Statistik Australia menyebut penyewa menghabiskan lebih dari 30 persen pendapatan rumah tangga untuk biaya sewa.

Ketua RAHU Eirene Tsolidis Noyce kepada ABC News menjelaskan data lembaganya menunjukkan rata-rata sewa bulanan telah meningkat A$250 (sekitar Rp2,5 juta) tahun ini.

"Meningkatnya biaya hidup, stagnasi upah dan kenaikan harga sewa telah menjadi masalah besar dalam enam bulan terakhir," katanya.

Penyewa menghadapi tiga pukulan sekaligus, yaitu harga sewa dan biaya kebutuhan pokok yang meningkat, serta semakin langkanya rumah sewa yang harganya terjangkau.

Dia mengatakan banyak penyewa yang mengaku terpaksa melewatkan makan, tidak lagi mampu membeli obat-obatan, serta menunggak pembayaran tagihan listrik.

RAHU menyatakan penyewa tidak bisa begitu saja pindah ke tempat lain karena kurangnya properti yang terjangkau di perkotaan dan wilayah regional.

"Agen real estate menyebutkan persediaan rumah sewa masih banyak. Tapi masalahnya bukan hanya jumlah yang tersedia, melainkan harga sewanya yang tak terjangkau," ujarnya Eirene.

Baca Juga: Musim Liburan Sekolah Tiba, Jutaan Penumpang Diperkirakan Padati Bandara Australia

RAHU mendesak pemerintah negara bagian dan federal untuk mengadopsi peraturan tentang biaya sewa yang berlebihan, batas kenaikan sewa serta sewa yang harus dikaitkan dengan upah minimum.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI