Mirisnya, perempuan berusia 33 tahun ini mengungkap suporter yang duduk di tribun tidak sepenuhnya mengerti apa yang terjadi. Sementara aparat terus melepaskan amunisi gas air mata.
“Mereka (aparat) terus menembak (gas air mata) ke tribun, tetapi orang-orang di sana tidak tahu apa yang terjadi. Bukan kami yang berlari ke lapangan,” kata Elmiati.
Kepulan asap akibat gas air mata membuat penggemar mati-matian berusaha keluar dari stadion. Saat gas dan asap mengepul melalui tribun 12 dan 13, banyak penonton melompat kembali ke lapangan untuk menghindarinya.
Situasi itu diungkap oleh 10 saksi. Sementara orang lain yang mencoba pergi dan menemukan pintu keluar. Namun mereka terhalang, di mana situasi itu mendorong mereka untuk melompat ke lapangan juga, mencari jalan keluar lain.
Petugas kemudian menembakkan lebih banyak gas air mata ke ujung selatan stadion, beberapa langsung ke tribun.
“Semua orang panik. Pendukung panik karena ingin keluar, aparat juga panik. Kedua belah pihak panik dan itu menjadi siklus,” kata Ari Bowo Sucipto, fotografer lokal di lokasi kejadian.