Tahun 1908, Ki Hajar Dewantara masuk organisasi Budi Utomo yang didirikan oleh Dr. Soetomo. di sana ia menyampaikan propaganda agar masyarakat pribumi sadar akan pentingnya semangat persatuan bangsa Indonesia.
Di organisasi ini juga Ki Hajar Dewantara bertemu dengan dua Douwes Dekker dan Dr. Tjipto Mangunkusumo danmereka dikenal sebagai Tiga Serangkai. Douwes Dekker juga yang mengajak Ki Hadjar Dewantara mendirikan organisasi Indische Partij.
Ki Hajar Dewantara yang sempat menjalani pengasingan di Belanda justru tersulut semangatnya untuk memajukan kaum pribumi.
Ia berhasil mendapat ijazah pendidikan "Europeesche Akte" atau Ijazah pendidikan bergengsi di belanda. Ijazah ini yang kemudian ia gunakan untuk mendirikan lembaga pendidikan di Indonesia.
Di Belanda ia juga dikenal berpengaruh atas sistem pendidikan yang ia kembangkan sendiri. Pada 1913, Ki Hadjar Dewantara menikahi wanita bangsawan bernama Raden Ajeng Sutartinah dari Yogyakarta.
Di tahun 1919, Ki Hajar Dewantara kembali ke Indonesia dan bergabung sebagai guru di sekolah yang didirikan saudaranya. Pengalaman mengajar di sekolah tersebut digunakan untuk membuat konsep pendidikan baru.
Konsep ini berupa metode pengajaran baru di sekolah yang ia dirikan pada 3 Juli 1922 yang bernama Nationaal Onderwijs Instituut Tamansiswa yang kemudian kita kenal sebagai Taman Siswa.
Di usianya yang menanjak umur 40 tahun, ia mengubah namanya menjadi Ki Hadjar Dewantara, agar bisa dekat dengan rakyat pribumi kala itu.
Ada 3 semboyan Ki Hadjar Dewantara yang terkenal sampai sekarang dan senantiasa dipakai dalam dunia pendidikan Indonesia:
Baca Juga: Daftar Hari Besar Mei 2023, Nasional hingga Internasional
- Ing ngarso sung tulodo yang artinya di depan memberi contoh.
- Ing madyo mangun karso yang artinya di tengah memberi semangat.
- Tut Wuri Handayani yang artinya di belakang memberi dorongan.
Demikian profil Ki Hajar Dewantara, Bapak Pendidikan Indonesia. Semoga informasi ini bermanfaat.