Setelah ia menyelesaikan tugas di dunia politik, Mbah Moen memilih fokus pada pondok pesantrennya.
Diketahui, Mbah Moen merupakan putra pertama dari pasangan Kiai Zubair Dahlan dan Nyai Mahmudah. Ayahnya adalah murid pilihan dari Syaikh Sa’id Al-Yamani dan Syaikh Hasan Al-Yamani Al-Makky, dua sosok ulama tersohor di Yaman.
Semasa kecil, Mbah Moen dididik langsung oleh ayahnya tentang ilmu agama mulai dari hafalan ilmu shorof, nahwi, fikih, manthiq, balaghah, dan juga ilmu syara yang lain.
Oleh karenanya, saat ia masih muda, Mbah Moen sudah bisa menghafal beberapa kitab, beberapa diantaranya yaitu Al-jurumiyyah, Imrithi, Alfiyyah Ibnu Malik, Matan Jauharah Tauhid, dan Sullamul Munauroq.
Dari ayahnya juga, Mbah Moen mempelajari berbagai hal, terlebih tentang ketegasan dan keteguhan sehingga ia pun berhasil tumbuh sebagai sosok yang disiplin dan juga dermawan.
Di tahun 1945, Mbah Moen bersekolah di Pondok Lirboyo Kediri, Jawa Timur.
Tak hanya itu, ia juga pernah berguru kepada KH Mahrus Ali dan KH Marzuqi. Setelah berhasil lulus, Mbah Moen kembali ke kampung halamannya untuk mengamalkan seluruh ilmu yang ia dapatkan.
Kontributor : Syifa Khoerunnisa
Baca Juga: Sudah 4 Tahun Dimakamkan di Arab Saudi, Jasad KH Maimoen Zubair Disebut Masih Utuh