Anies menceritakan adanya perbedaan pandangan antara partai di Koalisi Perubahan untuk Persatuan (KPP) mengenai sosok bakal cawapres. Perbedaan itu menemui puncaknya pada Selasa (29/8/2023).
Awalnya, Anies mengatakan nama Ketua Umum Demokrat AHY telah dibicarakan sebagai pendampingnya sejak Juni 2023. Ketika itu, Anies mengaku telah melaporkan hal tersebut pada tiga partai koalisi yakni NasDem, PKS dan Demokrat.
Anies mengatakan bahwa Surya Paloh tidak menolak ketika mendengar nama AHY. Namun Paloh mengatakan opsi itu bisa diambil di ujung pencalonan.
Pembicaraan bakal cawapres kemudian dilanjutkan sepulang Anies menunaikan ibadah haji. Usai kembali ke Indonesia, dia mengatakan kembali terjadi perbedaan antara NasDem dan Demokrat.
"Demokrat berharap (cawapres) segera dideklarasikan, segera disepakati. Tapi dari sisi NasDem tidak bersedia. Nama itu (AHY) tidak ditolak, tapi tidak dideklarasikan sekarang, dicoba dicari penjembatan," ungkap Anies.
Anies mengatakan ketidaksepakatan itu menemui puncaknya pada Selasa (29/8/2023). Menurut dia, rapat Tim 8 berlangsung panas hingga diwarnai aksi gebrak meja oleh peserta. Ketika itu kembali terjadi perbedaan pandangan antara utusan Demokrat dan NasDem di Tim 8.
"Terjadi perbedaan pandangan sangat keras bahkan sampai gebrak meja. Apa perbedaannya? Demokrat menginginkan (cawapres( ditetapkan segera, NasDem menginginkan ditetapkan nanti, sambil menunggu opsi lain," ucap Anies.
Demokrat Merasa Dikhianati Anies
Kekinian Demokrat telah mencabut dukungan kepada Anies dan memilih keluar dari KPP. Keputusan itu diambil usai Anies memutuskan untuk menggandeng Ketua Umum PKB Muhaimin Iskandar alias sebagai bakal calon wakil presiden (cawapres).
Baca Juga: AHY Kutip Nama Bung Karno Dalam Pidatonya, Kode Demokrat Bakal Merapat ke PDIP?
Demokrat merasa dikhianati karena Anies dan NasDem sudah menandatangani piagam kesepakatan bersama Demokrat, NasDem dan PKS. Namun Anies dan NasDem justru membuat kerja sama baru.
Selain itu, Demokrat juga mengungkap Anies pernah minta AHY untuk jadi cawapres pendampingnya di Pilpres 2024 melalui panggilan telepon pada 12 Juni dan surat tertulis pada 25 Agustus.
Kontributor : Trias Rohmadoni