Di sektor ekonomi, Putin mengakui tanda-tanda "overheating" yang mendorong inflasi tinggi, namun menegaskan bahwa Rusia tetap stabil secara ekonomi meskipun berada di bawah sanksi Barat.
Perang yang dimulai pada Februari 2022 telah menewaskan puluhan ribu orang, memaksa jutaan penduduk mengungsi, dan memicu krisis geopolitik terbesar sejak Krisis Rudal Kuba pada 1962. Putin menolak gagasan bahwa Rusia berada dalam posisi lemah, sebaliknya ia menegaskan bahwa negaranya semakin kuat di tengah tantangan global.
Meski terbuka untuk negosiasi, Putin tetap menolak syarat-syarat seperti penyerahan wilayah atau ambisi Ukraina untuk bergabung dengan NATO. Sementara itu, mantan Presiden Trump, yang kerap mengklaim kemampuan diplomatiknya, belum memberikan rincian konkret mengenai rencana penyelesaian konflik.