Meski Ukraina menerima usulan gencatan senjata 30 hari, Putin menolaknya, memilih pendekatan bertahap seperti yang kini disepakati.
Trump, yang berkampanye dengan janji mengakhiri perang secepat mungkin, tampaknya juga ingin memanfaatkan momen ini untuk membuka hubungan bisnis dengan Rusia.
Namun, kekhawatiran muncul di kalangan sekutu Ukraina di Eropa.
Mereka takut Trump akan mengorbankan kepentingan Kyiv demi kesepakatan cepat dengan Moskow, termasuk menekan Ukraina untuk meninggalkan ambisi NATO dan menyerahkan wilayah yang diklaim Rusia—tuntutan yang ditolak mentah-mentah oleh Kyiv sebagai bentuk kapitulasi.
Dampak dan Harapan
Perjanjian ini menandai perubahan dinamika perang yang sebelumnya didominasi oleh pertempuran darat dan blokade laut.
Sejak 2023, Ukraina berhasil memukul mundur angkatan laut Rusia dari Laut Hitam bagian timur dan membuka kembali pelabuhannya, meskipun perjanjian pengiriman biji-bijian yang ditengahi PBB telah runtuh.
Kini, dengan jaminan AS, kedua negara berharap stabilitas ekonomi dan keamanan dapat tercapai, meski kepercayaan penuh terhadap pelaksanaan kesepakatan masih dipertanyakan.
Washington akan memainkan peran kunci sebagai penjamin, sebuah tanggung jawab yang diakui oleh kedua belah pihak.
Dunia kini menanti apakah langkah ini benar-benar menjadi batu loncatan menuju perdamaian atau justru membuka babak baru ketegangan di kawasan.
Baca Juga: Senyum Manis Joe Biden dan Xi Jinping saat Bertemu di Bali