Suara.com - Kepolisian Resor (Polres) Pacitan, Jawa Timur melimpahkan kasus dugaan ancaman peledakan Mapolres setempat ke Polda Jawa Timur, setelah pihaknya menangkap dua terduga pelaku teror Mapolres itu pada Sabtu (26/4).
Kapolres Pacitan AKBP Ayub Diponegoro Azhar, di Mapolres setempat, Minggu 27 april 2025, menjelaskan bahwa kedua pelaku ditangkap terkait pengancaman terhadap petugas, namun tidak masuk kategori tindak pidana terorisme.
"Perkembangan masih dalam pendalaman. Kasus ini awalnya adalah pengancaman terhadap petugas, bukan tindak pidana terorisme," katanya.
AKBP Ayub menjelaskan, pelimpahan dilakukan bersama barang bukti dan saksi untuk pemeriksaan lebih lanjut oleh Polda Jatim.
"Untuk perkembangan selanjutnya, silakan koordinasi dengan Polda Jatim," ujarnya.
Situasi di Mapolres Pacitan, yang sempat mencekam sejak ancaman pada Jumat (25/4) sore, kini berangsur normal. Meski demikian, pengamanan di lingkungan Mapolres tetap diperketat.
"Pacitan dalam kondisi aman dan terkendali. Masyarakat tidak perlu gusar dan bisa beraktivitas seperti biasa," tambah Ayub.
Sebelumnya, dua pelaku mengancam akan menyerang dan meledakkan Mapolres Pacitan setelah mediasi kecelakaan lalu lintas yang melibatkan kendaraan pengangkut BBM bersubsidi gagal mencapai kesepakatan.
Dalam insiden tersebut, polisi mengamankan satu pucuk airsoft gun dari tangan pelaku. Tim Densus 88 Antiteror turut diterjunkan untuk membantu penanganan kasus ini.
Baca Juga: Pria di Cilandak Apes usai Nekat Oplos Gas LPG 3 Kg, BS Masih Bisa Berlari saat Tubuhnya Terbakar
Aroma ketegangan yang sempat menyelimuti Mapolres Pacitan, Jawa Timur, akhirnya mulai menguap. Setelah melalui proses cepat, kasus dugaan ancaman peledakan Mapolres kini resmi dilimpahkan ke Polda Jawa Timur.
Kapolres Pacitan, AKBP Ayub Diponegoro Azhar, dalam keterangannya di Mapolres setempat, Minggu (27/4/2025), menjelaskan bahwa dua orang terduga pelaku telah berhasil diamankan. Meski ancamannya cukup menghebohkan, AKBP Ayub menegaskan bahwa peristiwa ini bukan tergolong tindak pidana terorisme.
"Kasus ini adalah pengancaman terhadap petugas, bukan terorisme," tegas Ayub.
Peristiwa ini bermula dari sebuah mediasi kecelakaan lalu lintas yang melibatkan kendaraan pengangkut BBM bersubsidi.
Saat proses mediasi gagal mencapai kesepakatan, dua pelaku yang merasa tidak puas, melontarkan ancaman akan menyerang bahkan meledakkan Mapolres Pacitan.
Brimob Sterilisasi Lokasi
Detasemen Gegana Satuan Brigade Mobil (Sat Brimob) Kepolisian Daerah (Polda) Sulawesi Tenggara melaksanakan sterilisasi.
Di lokasi upacara Peringatan Hari Ulang Tahun (HUT) ke-61 Sulawesi Tenggara (Sultra) di Alun-alun 19 Nopember, Kabupaten Kolaka.
Komandan Detasemen Gegana Sat Brimob Polda Sultra Kompol Asri Dyini saat dihubungi di Kendari, mengatakan bahwa pelaksanaan sterilisasi tersebut dilaksanakan secara menyeluruh pada lokasi yang akan menjadi pusat kegiatan peringatan HUT Sultra.
"Sterilisasi ini kami lakukan untuk memastikan lokasi benar-benar aman dan steril dari ancaman yang bisa mengganggu jalannya upacara," kata Asri Dyini.
Dia menyebutkan bahwa dalam pelaksanaan sterilisasi tersebut diturunkan sebanyak dua komposit Geagana Sat Brimob Polda Sultra yang terdiri dari 25 orang personel.
"Dua komposit, terdiri dari Jibom (Penjinak Bom), Wanteror, dan lainnya," ujarnya.
Asri Dyini mengungkapkan sterilisasi tersebut dilaksanakan dengan aman dan lancar, dengan hasil pemeriksaan.
Tidak ada ditemukan benda-benda yang mencurigakan atau bahan berbahaya seperti bahan peledak atau handak, serta suhu udara dalam kondisi normal, dan tidak ada indikasi radiasi radioaktif.
"Kami bersyukur, hasil sterilisasi hari ini menunjukkan bahwa lokasi upacara dalam keadaan aman dan terkendali," ungkap Asri Dyini.
Asri Dyini menambahkan tujuan dari pelaksanaan sterilisasi tersebut dilakukan untuk memberikan rasa aman dan nyaman.
Kepada seluruh tamu hadirin dan masyarakat yang hendak mengikuti Upacara Peringatan HUT ke-61 Sulawesi tenggara.
"Biar masyarakat yang melaksanakan Upacara itu berjalan dengan aman, lancar, dan tidak ada keraguan rasa cemas, sehingga mereka bisa upacara dengan lancar," jelas Asri Dyini.