Area Pemusnahan Amunisi Kadaluarsa di Garut Bukan Milik TNI, Ternyata Dilakukan di Lahan Ini

Senin, 12 Mei 2025 | 20:44 WIB
Area Pemusnahan Amunisi Kadaluarsa di Garut Bukan Milik TNI, Ternyata Dilakukan di Lahan Ini
Ledakan amunisi kadaluarsa di Garut, Jawa Barat sebabkan 13 orang tewas. [Tangkapan layar]

Brigjen Wahyu juga mengimbau masyarakat untuk tidak berspekulasi mengenai penyebab kejadian hingga hasil investigasi selesai dilakukan.

"Kami mohon doa dari seluruh masyarakat Indonesia agar para korban mendapat tempat terbaik di sisi Tuhan Yang Maha Esa dan keluarga yang ditinggalkan diberi ketabahan. Kami akan menyampaikan perkembangan penyelidikan secara terbuka kepada publik,” tuturnya.

Sementara itu, Anggota Komisi I DPR RI Tubagus Hasanuddin menyampaikan ungkapan belasungkawa yang mendalam atas insiden ledakan amunisi di wilayah latihan militer yang menyebabkan meninggalnya 11 orang.

Ilustrasi peledakan bom di Kawasan Garut Selatan, Jabar pada Senin 12 Mei 2025. [Tangkapan layar media sosial]
Ilustrasi peledakan bom di Kawasan Garut Selatan, Jabar pada Senin 12 Mei 2025. [Tangkapan layar media sosial]

"Saya turut berduka cita yang sedalam-dalamnya. Semoga para korban mendapatkan tempat terbaik di sisi Tuhan Yang Maha Esa, husnul khotimah," ujar TB Hasanuddin dalam keterangan tertulisnya, Senin 12 Mei 2025.

Dia menekankan bahwa kejadian itu harus menjadi pembelajaran serius, meskipun dalam pelaksanaannya diklaim sudah mengikuti prosedur standar.

Menurutnya, dari sisi lokasi, tempat peledakan yang berada di wilayah pantai sebenarnya sudah aman dan sesuai ketentuan.

Namun, ia menekankan, masyarakat tidak seharusnya bisa mengakses area tersebut.

Untuk ke depannya, pembatasan wilayah harus dilakukan dengan pengawasan yang lebih ketat untuk mencegah warga sipil berada di area berbahaya.

Hasanuddin menjelaskan bahwa amunisi yang diledakkan adalah amunisi kadaluarsa, yang secara teknis sudah tidak stabil.

Baca Juga: Ledakan Amunisi di Garut Masalah Profesionalisme TNI, Imparsial: Karena Sibuk Jabatan Sipil

"Amunisi kadaluarsa itu tidak semuanya akan meledak serentak ketika diledakkan. Ada yang meledak langsung, tapi ada juga yang meledak belakangan karena sifatnya yang tidak lagi normal," jelasnya.

Peledakan pertama sebenarnya dirancang untuk menghancurkan seluruh amunisi, dan petugas meyakini bahwa semua telah hancur.

Namun, karena sifat amunisi kadaluarsa yang tidak sepenuhnya bisa diprediksi, terjadi ledakan susulan yang menyebabkan korban jiwa.

"Ini akibat dari kesalahan prediksi petugas. Dikiranya satu ledakan cukup, ternyata ada amunisi yang meledak belakangan dan menimbulkan korban," tambahnya.

Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI