Analis Sebut Aneh Jokowi Diusulkan Jadi Caketum PPP: Ideologinya Beda

Jum'at, 30 Mei 2025 | 19:27 WIB
Analis Sebut Aneh Jokowi Diusulkan Jadi Caketum PPP: Ideologinya Beda
Presiden ketujuh Joko Widodo atau Jokowi memberikan keterangan di Polda Metro Jaya terkait tudingan ijazah palsu yang ditujukan kepadanya. [ANTARA FOTO/Fauzan/nz]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Nama Presiden kelima RI Joko Widodo atau Jokowi menjadi kembali menuai sorotan. Kali ini bukan soal ijazah palsu, tapi namanya disebut-sebut akan diusulkan menjadi kandidat calon ketua umum PPP.

Merespons hal itu, pengamat komunikasi politik dari Universitas Esa Unggul, M. Jamiluddin Ritonga menilai justru sangat aneh jika Jokowi dipaksakan memimpin PPP.

Menurut dia, secara ideologi, Jokowi sangat berbeda dengan PPP yang cenderung religius.

"Sosok Jokowi juga tidak sejalan dengan ideologi PPP. Jokowi cenderung nasionalis, sementara PPP ideologinya religius," kata Jamiluddin kepada Suara.com, Jumat (30/5/2025).

"Jadi aneh, kalau PPP memaksakan diri mencalonkan Jokowi jadi ketum," sambungnya.

Ia mengatakan, kader internal PPP tentunya akan menolak Jokowi dengan alasan ideologi tersebut.

"Internal PPP yang masih konsisten dengan ideologisnya tentu akan menolak bila Jokowi menjadi ketum PPP," katanya.

Selain itu, nilai jual Jokowi di internal Islam juga tidak besar. Pendukung Jokowi lebih berbasis nasionalis.

"Karena itu, kalau pun Jokowi jadi ketum PPP, tidak otomatis akan mendongkrak PPP. Sebab, kalangan nasionalis cenderung memilih partai yang nasionalis juga," ujarnya.

Baca Juga: Bukan Tokoh Kaleng-kaleng, Mahkamah Partai Ngarep Ini usai Jokowi Diusulkan Maju Caketum PPP

Lebih lanjut, Jamiluddin menilai, jika pamor Jokowi sudah meredup.

"Selain itu, pamor Jokowi juga sudah diambang redup. Karena itu, memilih Jokowi jadi ketum justru akan membebani PPP," katanya.

Sebelumnya, Ketua Mahkamah Partai PPP, Ade Irfan Pulungan, menilai jika Presiden kelima RI Jokowi tak akan punya masalah ideologi jika jadi ketua umum PPP.

Ia menyebut jika Jokowi jangan diragukan ideologinya soal keislamannya, lantaran disebut dekat dengan ulama.

"Saya bisa menyampaikan Pak Jokowi itu sangat dekat dengan ulama. Pak Jokowi itu secara faktanya sangat dekat dengan tokoh-tokoh umat," kata Ade kepada Suara.com, Jumat (30/5/2025).

Ia mengatakan, hal itu dibuktikan dengan dipilihnya Maruf Amin sebagai Wakil Presidennya pada periode ke dua kepemimpinannya.

"Apa buktinya? Periode beliau kedua, Pak Jokowi menjadikan kiyai maruf Amin sebagai Wapres. Benar kan? Itu fakta kan?," ujarnya.

"Pak Maruf Amin itu siapa? Sosok ulama besar, ketua umum MUI," sambungnya.

Sebelumnya, Ade menyampaikan, soal nama Presiden kelima RI Joko Widodo atau Jokowi diusulkan sebagai kandidat calon ketua umum PPP.

Ia mengatakan, semua berawal dari keinginan PPP bangkit dari keterpurukan di Pemilu 2024.

Akhirnya ada pembicaraan PPP membuka opsi untuk mengambil caketum dari eksternal juga.

"Ya karena tadi tuh muncul nama-nama yang beredar saat ini. Nah terus ada yang mendiskusikan ya. Kenapa tidak Pak Jokowi saja? Pak Jokowi kan hari ini tidak lagi mempartai," kata Ade kepada Suara.com, Jumat (30/5/2025).

Ia mengatakan, usulan itu sejalan ketika Jokowi juga kekinian sudah independen.

"Pak Jokowi kan hari ini tidak lagi menjadi presiden. Pak Jokowi kan hari ini tidak lagi memegang jabatan apapun. Jadi kan dia cukup banyak waktu. Dia saat ini independen. Tidak terikat dari kepemimpinan partai-partai tertentu," katanya.

Belum lagi, kata dia, ada suasana kebatinan yang dimiliki Jokowi dianggap luar biasa.

Sebelumnya, Ketua Majelis Pertimbangan PPP Romahurmuziy alias Gus Rommy, menyampaikan, kekinian sudah 8 nama sebagai kandidat caketum PPP diantaranya 3 dari internal dan 5 dari eksternal.

"Internal: Sandi Uno, Sekjen Arwani & Gus Yasin. Dari Eksternal: Gus Ipul, Dudung Abdul Rahman, Amran Sulaiman, Marzuki Alie, dan Agus Suparmanto," ungkapnya.

"Tentu nama-nama yang muncul tingkat agresivitasnya berbeda. Ada yang sudah sosialisasi dengan DPW atau DPC. Ada yg baru sowan para sesepuh ulama. Ada yang sudah konsolidasi. Ada yang sudah niat, kemudian ngerem. Bahkan ada yang diunggulkan tapi masih ditunggu kesediannya. Tapi setidaknya komunikasi itu ada. Baik dengan saya sendiri atau dengan pengurus DPP lainnya. Intinya, dinamika menuju muktamar ini menuju 1 arah: mencari Ketua Umum baru," sambungnya.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI