Amerika Serikat dan Venezuela Memanas: Kapal Induk Dikerahkan ke Laut Karibia, Ini 5 Faktanya

Cesar Uji Tawakal Suara.Com
Selasa, 28 Oktober 2025 | 07:49 WIB
Amerika Serikat dan Venezuela Memanas: Kapal Induk Dikerahkan ke Laut Karibia, Ini 5 Faktanya
Ilustrasai kapal induk. [Foto Angkatan Laut AS]

Suara.com - Fakta hubungan Amerika Serikat dan Venezuela yang memanas ini menarik untuk diketahui setelah ketegangan kedua negara tersebut kembali memanas di Laut Karibia.

Di tengah operasi militer Amerika Serikat di perairan Karibia, Presiden Nicolas Maduro menuduh Washington sedang menciptakan "perang baru" untuk menjatuhkannya dari kursi kekuasaan.

Pengerahan kapal induk raksasa USS Gerald R. Ford beserta armada tempur lainnya menandai meningkatnya langkah agresif AS di sekitar Venezuela.

Meski diklaim sebagai operasi pemberantasan narkoba, banyak pengamat menilai misi tersebut sarat dengan kepentingan politik dan upaya tekanan terhadap rezim Maduro.

Berikut ini 5 fakta yang menggambarkan bagaimana hubungan Amerika Serikat dan Venezuela yang memanas menjelang akhir tahun 2025, seperti disadur dari Al Jazeera dan sumber lainnya.

1. Pengerahan Kapal Induk Terbesar Dunia ke Karibia

Pengiriman USS Gerald R. Ford, kapal induk terbesar di dunia yang mampu membawa hingga 90 pesawat tempur, menjadi momen penting dalam meningkatnya ketegangan antara Amerika Serikat dan Venezuela.

Menurut Pentagon, pengerahan ini merupakan bagian dari operasi pemberantasan narkoba di bawah Komando Selatan AS, yang membawahi wilayah Amerika Tengah, Amerika Selatan, dan Karibia.

Namun, bagi pemerintah Venezuela, langkah tersebut dianggap sebagai tindakan provokatif.

Baca Juga: Rupiah Tumbang Dihantam Sentimen Global dan Lokal

Presiden Nicolas Maduro menuduh Washington sedang mencari alasan untuk memicu konflik bersenjata.

"Mereka berkata tak akan berperang lagi, tapi kini justru menciptakan perang baru," ujarnya dalam siaran resmi.

Banyak yang menduga, langkah itu merupakan bentuk tekanan politik dan militer untuk menggoyang kesetiaan pasukan Venezuela terhadap Maduro.

Presiden Venezuela Nicolas Maduro (kiri) mengunjungi stan Indonesia pada kegiatan Festival Pariwisata Internasional Venezuela (FITVEN) 2021. ANTARA/HO-KBRI Caracas/aa.
Presiden Venezuela Nicolas Maduro (kiri) mengunjungi stan Indonesia pada kegiatan Festival Pariwisata Internasional Venezuela (FITVEN) 2021. ANTARA/HO-KBRI Caracas/aa.

2. Serangan Laut AS Menelan Puluhan Korban

Selama dua bulan terakhir, operasi militer Amerika Serikat di Laut Karibia telah menewaskan sedikitnya 43 orang.

Washington mengklaim para korban adalah penyelundup narkoba, namun pemerintah Venezuela mengecam tindakan tersebut sebagai serangan sepihak yang melanggar hukum internasional.

AS menyebut kapal-kapal yang diserang memiliki kaitan dengan kelompok kriminal Tren de Aragua asal Venezuela.

Namun, sejumlah pihak meragukan kebenaran klaim itu karena bukti yang disampaikan dinilai lemah.

Bahkan, beberapa korban diduga hanyalah nelayan biasa yang menjadi korban salah sasaran.

Sejak serangan pertama pada awal September 2025, telah terjadi sepuluh insiden bersenjata di perairan Karibia, termasuk penghancuran kapal di dekat pantai Venezuela.

3. Kehadiran Kapal Perang AS di Trinidad dan Tobago

Ketegangan semakin terasa ketika kapal perang USS Gravely, jenis perusak peluru kendali Aegis, tiba di Port of Spain, ibu kota Trinidad dan Tobago, untuk latihan gabungan dengan militer setempat.

Pemerintah Trinidad menyebut latihan itu sebagai kegiatan rutin, namun masyarakat setempat tak bisa menutupi kekhawatiran mereka.

Selain melakukan latihan, kapal ini merupakan bagian dari kampanye militer besar-besaran yang diluncurkan Washington sejak Agustus lalu, melibatkan delapan kapal perang, sepuluh jet tempur F-35, dan satu kapal selam nuklir.

Jet tempur F-35C Lightning IIs saat lepas landas dari kapal induk Carl Vinson, (22/1/2022). [Seaman Larissa T. Dougherty/ U.S. Navy/Times.co.id]
Jet tempur F-35C Lightning IIs saat lepas landas dari kapal induk Carl Vinson, (22/1/2022). [Seaman Larissa T. Dougherty/ U.S. Navy/Times.co.id]

4. Tuduhan CIA dan Dugaan Operasi Rahasia

Ketegangan semakin meningkat ketika Presiden Nicolas Maduro menuduh Amerika Serikat dan CIA bersekongkol dengan pemerintah Trinidad dan Tobago untuk memicu provokasi militer.

Pemerintah Caracas bahkan mengklaim telah menangkap sejumlah tentara bayaran yang disebut memiliki keterkaitan dengan CIA dan tengah merencanakan serangan palsu (false flag attack) guna membuka jalan menuju perang terbuka.

Pihak Washington membantah keras tuduhan tersebut. Namun, pernyataan Presiden Donald Trump yang secara terbuka mengakui telah memberi izin operasi rahasia terhadap Venezuela justru memperkuat dugaan adanya perang tersembunyi di balik layar.

Banyak pihak meyakini, operasi intelijen dan aksi sabotase kini menjadi bagian dari strategi tekanan AS untuk melemahkan pemerintahan Maduro.

5. Konflik Politik yang Jadi Pemicu

Di balik memanasnya situasi militer, tersimpan konflik politik yang jauh lebih dalam. Amerika Serikat menolak mengakui hasil pemilu Venezuela tahun 2024 yang dimenangkan oleh Nicolas Maduro, dengan alasan prosesnya tidak bebas dan tidak adil.

Pihak oposisi bahkan mengklaim kemenangan versi mereka berdasarkan hasil hitung internal.

Washington pun menegaskan bahwa pemerintahan Maduro bukanlah pemerintahan yang sah, melainkan "organisasi kriminal" yang terlibat langsung dalam jaringan perdagangan narkoba asal Kolombia.

Sebaliknya, Caracas menuduh AS menjadikan isu narkotika sebagai dalih untuk menutupi tujuan sebenarnya, yaitu menggulingkan rezim Maduro.

Sebagai langkah antisipasi, Venezuela kini memperkuat pertahanan di sepanjang pesisirnya dan bersiap menghadapi potensi ancaman militer dalam skala besar.

Kontributor : Dini Sukmaningtyas

×
Zoomed

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI