Menpar Kena 'Sentil' Komisi VII DPR, Proyek Lift Kaca di Pantai Kelingking Turut Disinggung

Senin, 17 November 2025 | 16:10 WIB
Menpar Kena 'Sentil' Komisi VII DPR, Proyek Lift Kaca di Pantai Kelingking Turut Disinggung
Wisatawan melihat pemandangan di samping bangunan lift kaca di tebing kawasan wisata Pantai Kelingking, Nusa Penida, Klungkung, Bali. [ANTARA FOTO/Fikri Yusuf]
Baca 10 detik
  • Awalnya Evita mengapresiasi promosi pariwisata yang dilakukan Menteri Widyanti.
  • Evita menekankan, bahwa pembangunan pariwisata tidak hanya berorientasi jangka pendek, melainkan harus berkelanjutan. 
  • Permasalahan utama yang disoroti Evita adalah tata ruang destinasi pariwisata yang dinilainya "kacau".

Suara.com - Wakil Ketua Komisi VII DPR RI, Evita Nursanty, melayangkan kritik tajam terhadap pembangunan pariwisata di Indonesia yang dinilainya masih memiliki banyak permasalahan, khususnya terkait tata ruang dan sistem perizinan.

Hal ini disampaikan Evita dalam rapat kerja Komisi VII DPR RI bersama Menteri Pariwisata, Widiyanti Putri Wardhana, baru-baru ini di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Senin (17/11/2025).

Dalam paparannya, awalnya Evita mengapresiasi promosi pariwisata yang dilakukan Menteri Widyanti, terutama fokus pada gastronomi dan wellness tourism yang dianggapnya sebagai pariwisata berkualitas dengan potensi keuntungan besar.

"Promosi ibu sudah luar biasa, ibu menginisiasi gastronomi, ibu menginisiasi wellness, itu adalah benar-benar pariwisata yang berkualitas, yang cuannya gede, orang spend-nya besar di situ Bu. Itu luar biasa," ujarnya.

Namun, Evita menekankan, bahwa pembangunan pariwisata tidak hanya berorientasi jangka pendek, melainkan harus berkelanjutan untuk jangka panjang.

Dalam konteks ini, ia menyoroti beberapa permasalahan riil yang ditemukan di lapangan.

Permasalahan utama yang disoroti Evita adalah tata ruang destinasi pariwisata yang dinilainya "kacau".

Ia mengungkapkan bahwa banyak bangunan destinasi yang dibangun tidak sesuai dengan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) atau Rencana Tata Ruang Detail Nasional (RTDN).

Sebagai contoh, ia menyebutkan terjadinya penambangan nikel di Raja Ampat dan pembangunan lift kaca di Pantai Kelingking, Nusa Penida, Bali.

Baca Juga: Ngotot Tolak Gerbong KRL Impor, Anggota DPR Evita Nursanty Kepergok Pakai Tas Mewah dari Luar Negeri

“Yang pertama Bu, tata ruang destinasi kita kacau, banyak bangunan-bangunan destinasi yang dibangun itu tidak sesuai dengan RTRW RTDN," tegas Evita.

Mengenai kasus lift kaca di Pantai Kelingking, Legislator Fraksi PDIP ini lantas menceritakan hasil pertemuan Komisi VII dengan Gubernur Bali, Wayan Koster. Menurut Wayan Koster, akar masalahnya terletak pada sistem Online Single Submission (OSS) yang perlu diperbaiki.

“Rupanya ketika kita Komisi VII ke Bali, bertemu dengan Pak Wayan Koster, beliau itu mengatakan masalah itu adalah di sistem OSS yang harus kita perbaiki," jelas Evita.

Ia menambahkan bahwa pembangunan lift kaca tersebut kini telah dihentikan oleh Gubernur Bali. Namun, investor berdalih sudah mendapatkan izin melalui sistem OSS.

Menteri Pariwisata, Widiyanti Putri Wardhana. (Suara.com/Bagaskara)
Menteri Pariwisata, Widiyanti Putri Wardhana. (Suara.com/Bagaskara)

"Pembangunan lift kaca yang di Pantai Kelingking itu kan disetop sekarang sama Pak Gubernur Bu, investornya ngomongnya gampang aja saya sudah dapat izin, izinnya lewat OSS berarti kan ada sistem yang harus kita perbaiki," papar Evita.

Evita menyoroti bahwa salah satu kelemahan sistem OSS adalah kurangnya komunikasi dengan pemerintah daerah, baik bupati maupun gubernur. Hal ini menyebabkan pembangunan seringkali tidak selaras dengan kebijakan dan kondisi lokal.

×
Zoomed

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI