Dorongan untuk meningkatkan nilai ekspor dari nikel ke sel baterai dan bahkan mobil listrik, akan membantu mengamankan nilai tukar rupiah dan neraca pembayaran atau transaksi antarnegara.
Memanfaatkan pasar dunia
Untuk menaikkan posisi Indonesia di dalam rantai pasok global, pemerintah harus memastikan bahan baku lain untuk industri mobil listrik dapat dipasok dengan cepat, mudah dan murah. Ini penting untuk menjaga produk Indonesia tetap kompetitif di pasar global.
Belajar dari permasalahan di otomotif konvensional, kebutuhan bahan baku adalah salah satu permasalahan yang mengakibatkan Indonesia kalah bersaing dibandingkan Thailand.
Industri sel baterai dan mobil listrik memiliki rantai pasok yang lebih kompleks dibandingkan otomotif konvensional. Ini karena beberapa kebutuhan penting seperti semikonduktor atau bahan penghantar listrik yang tidak dapat dipasok dari dalam negeri saat ini.
Pada saat yang sama, Indonesia harus bisa menangkap permintaan global untuk mobil listrik karena permintaannya akan lebih besar jika dibandingkan dengan pasar domestik.
Saat ini harga mobil listrik masih relatif mahal dan menjadi pangsa pasar segmen premium atau menengah atas di Indonesia.
Sebagai contoh PT Hyundai Motors Indonesia (HMI) resmi menjual dua mobil listriknya, yakni Hyundai Ioniq EV dan Hyundai Kona EV, yang dibanderol dalam rentang harga Rp 600 jutaan, sementara mayoritas daya beli masyarakat masih untuk mobil di bawah Rp 250 juta.
Selain itu meningkatkan ketersediaan listrik dan stasiun pengisi daya bukan perkara mudah. Program konversi Bahan Bakar Gas (BBG) dapat menjadi pengingat betapa sulitnya membangun infrastruktur kendaraan secara menyeluruh.
Baca Juga: BPPT Berambisi Bangun Motor Penggerak Kendaraan Listrik
Memanfaatkan bahan baku dan permintaan global artinya terlibat lebih jauh ke dalam rantai pasok global.
Untuk itu kuncinya adalah pemanfaatan perjanjian dagang.
Indonesia saat ini terlibat dalam berbagai perjanjian dagang penting, salah satunya adalah Regional Comprehensive Economic Cooperation (RCEP) atau Kemitraan Ekonomi Komprehensif Regional.
RCEP memiliki konsep Rule of Origin aturan asal barang untuk impor yang sangat fleksibel dan memungkinkan Indonesia memanfaatkan pasar RCEP secara efektif.
Untuk menangkap peluang ini, pemerintah harus memastikan seluruh kementerian terkait untuk terlibat melihat kembali peraturan seperti harmonisasi atau penyamaan standar teknis dan tingkat kandungan lokal.
Artikel telah tayang di The Conversation.