Menyinggung isi buku, Cyrillus menyusun buku tersebut bersama Ika Maya Sari Khaidir yang juga profesional perbankan.
Keduanya menulis sebanyak 26 bab yang menyoroti berbagai perkembangan teknologi mutakhir sektor otomotif dalam upaya mengikis karbon, juga mengulas perjalanan berbagai negara baik Eropa, Amerika, bahkan Asia Tenggara.
Cyrillus mengatakan, upaya dekarbonisasi sektor otomotif serempak dilakukan secara global. Hanya saja, transisi menuju mobil listrik tidaklah mudah, terutama di negara berkembang seperti Indonesia.
Sebagai respons, kata dia, banyak produsen mobil global, termasuk yang beroperasi di Indonesia, mulai mengembangkan kendaraan hybrid (HEV) dan kendaraan plug-in hybrid (PHEV) sebagai langkah awal sebelum beralih sepenuhnya ke mobil listrik.
Langkah ini pun dianggap sebagai solusi dari stagnasi dekarbonisasi jika selalu mengandalkan penetrasi mobil listrik.
Cyrillus mengungkapkan Brasil merupakan contoh paling tepat buat Indonesia. Negeri Amerika Latin itu memiliki kesamaan dengan Indonesia dalam hal sebagai negara berkembang dengan jumlah penduduk yang besar.
Dalam upaya dekarbonisasi, Brasil telah mengadopsi penggunaan bioetanol sebagai bahan bakar kendaraan, yang dihasilkan dari industri gula mereka.
Penggunaan bioetanol di Brasil berpotensi mengurangi emisi karbon dari sektor transportasi, yang merupakan penyumbang utama emisi karbon di negara tersebut.
Negara tersebut juga mengembangkan biodiesel sebagai bahan bakar alternatif ramah lingkungan untuk diesel, serta mobil flexy hybrid yang menggunakan bioetanol.
Baca Juga: Wuling Tebar Promo Akhir Tahun untuk Mobil Listrik
Dengan populasi besar dan kesadaran lingkungan yang meningkat, Brasil memiliki potensi untuk berkembang dalam industri mobil listrik dan kendaraan ramah lingkungan lainnya.