Namun, jika 9 juta mobil listrik diproduksi di Jepang, emisi karbon justru akan meningkat, bukan berkurang.
Alasannya? Jepang masih bergantung pada pembangkit listrik tenaga batu bara dan gas untuk menyuplai kebutuhan listrik, yang berarti semakin banyak EV, semakin tinggi permintaan listrik dari sumber tak ramah lingkungan.
Masalah Produksi dan Infrastruktur Mobil Listrik

Selain itu, produksi baterai mobil listrik memiliki dampak lingkungan yang tidak bisa diabaikan. Pertambangan bahan baku seperti lithium dan cobalt menghabiskan sumber daya alam dalam jumlah besar dan dapat menyebabkan pencemaran lingkungan.
Tidak hanya itu, banyak negara belum memiliki infrastruktur pengisian daya yang memadai, sehingga pemilik EV sering kali kesulitan menemukan tempat pengisian daya, terutama di wilayah yang masih minim fasilitas.
Di beberapa pasar seperti Eropa dan Amerika Utara, mobil hybrid lebih diminati karena dianggap sebagai solusi transisi yang lebih praktis menuju elektrifikasi.
Mobil listrik memang menarik, tetapi ada segmentasi konsumen yang masih ragu, baik karena harga, keterbatasan jangkauan, atau kurangnya infrastruktur.
Toyota Tidak Menutup Diri dari Mobil Listrik, Tetapi Tetap Realistis
![Mobil listrik Toyota bz3c diluncurkan di Beijing Auto Show 2024 pada Kamis (25/4/2024). [Dok Toyota]](https://media.suara.com/pictures/653x366/2024/04/25/68008-mobil-listrik-toyota-bz3c.jpg)
Meskipun Toyota tidak sepenuhnya menolak mobil listrik, mereka memilih pendekatan yang lebih luas.
Baca Juga: Penjualan Mobil Listrik Terus Melejit, Pasar Mobil Nasional Masih Lesu di Kuartal I 2025
Selain hybrid, Toyota juga mengembangkan teknologi lain seperti hydrogen fuel cell dan bahan bakar sintetis, yang berpotensi menjadi alternatif yang lebih berkelanjutan.