Di beberapa pasar seperti Eropa dan Amerika Utara, mobil hybrid lebih diminati karena dianggap sebagai solusi transisi yang lebih praktis menuju elektrifikasi.
Mobil listrik memang menarik, tetapi ada segmentasi konsumen yang masih ragu, baik karena harga, keterbatasan jangkauan, atau kurangnya infrastruktur.
Toyota Tidak Menutup Diri dari Mobil Listrik, Tetapi Tetap Realistis
![Mobil listrik Toyota bz3c diluncurkan di Beijing Auto Show 2024 pada Kamis (25/4/2024). [Dok Toyota]](https://media.suara.com/pictures/653x366/2024/04/25/68008-mobil-listrik-toyota-bz3c.jpg)
Meskipun Toyota tidak sepenuhnya menolak mobil listrik, mereka memilih pendekatan yang lebih luas.
Selain hybrid, Toyota juga mengembangkan teknologi lain seperti hydrogen fuel cell dan bahan bakar sintetis, yang berpotensi menjadi alternatif yang lebih berkelanjutan.
“Kami harus melihat semua opsi dan bekerja ke segala arah,” kata Toyoda.
Ia percaya bahwa dalam jangka panjang, mobil listrik hanya akan mencakup sekitar 30 persen dari total penjualan global, sementara teknologi lain akan tetap berperan dalam upaya mengurangi karbon.
Pendekatan ini juga mempertimbangkan aspek ekonomi. Jika transisi ke mobil listrik dilakukan secara mendadak, diperkirakan ada 5,5 juta pekerjaan di Jepang yang bisa terancam, terutama dari industri otomotif konvensional.
Mobil listrik memang memiliki keunggulan dalam hal zero tailpipe emissions, tetapi dampak lingkungannya tidak sesederhana yang dibayangkan.
Baca Juga: Penjualan Mobil Listrik Terus Melejit, Pasar Mobil Nasional Masih Lesu di Kuartal I 2025