Pengurangan Biaya dan Efisiensi Produksi

Sebagai bagian dari strategi pemulihan, Nissan menargetkan pemangkasan biaya produksi sebesar 20%, termasuk perampingan jumlah platform kendaraan dari 13 menjadi 7 pada 2035 untuk meningkatkan efisiensi manufaktur.
Perusahaan juga ingin mempercepat siklus pengembangan model baru, dengan target waktu 37 bulan untuk kendaraan pertama dan 30 bulan untuk model selanjutnya.
Selain itu, Nissan membatalkan rencana pembangunan pabrik baterai lithium-ion phosphate di Kyushu, Jepang, guna menghemat biaya operasional.
Restrukturisasi besar-besaran yang dilakukan Nissan menunjukkan bahwa perusahaan ini tengah berupaya keras untuk keluar dari krisis.

Dengan India sebagai pusat ekspor utama, serta pengurangan jumlah pabrik dan tenaga kerja, Nissan berharap bisa kembali mencetak keuntungan pada tahun fiskal 2026.
Namun, dengan penutupan pabrik di Jepang masih dalam tahap negosiasi, serta tantangan besar di pasar global, apakah strategi ini cukup untuk membawa Nissan bangkit kembali?
Waktu yang akan menjawab. Yang pasti, perubahan besar sedang terjadi dalam industri otomotif global.
Baca Juga: Melirik Xpander Bekas Setelah Muncul yang Baru: Lebih Worth It Mana?