Suara.com - Transaksi di Gaikindo Indonesia International Auto Show atau GIIAS 2025 diperkirakan turun dari tahun lalu, meski jumlah pengunjung di pameran otomotif terbesar di Tanah Air meningkat.
Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo) pekan ini mengatatakan bahwa jumlah penunjung GIIAS 2025 memang naik, tetapi di saat yang sama nilai transaksi diprediksi turun.
Sementara itu laporan dari Nikkei Asia menunjukkan bahwa untuk pertama kalinya dalam sejarah jumlah penjualan mobil di Indonesia pada Kuartal II 2025 sudah kalah dari Malaysia.
Ketua Umum Gaikindo Yohannes Nangoi pada akhir pekan lalu mengungkap nilai transaksi termasuk pembelian mobil baru di GIIAS 2025 justru diprediksi turun akibat tekanan ekonomi yang masih berlangsung. Hingga saat ini, Gaikindo bahkan belum mengumumkan angka transaksi yang dihasilkan dari GIIAS 2025.
Menurut pengamat otomotif dari Institut Teknologi Bandung (ITB), Yannes Martinus Pasaribu, kondisi ini disebabkan melemahnya daya beli kelas menengah di tengah tekanan ekonomi.
“Penurunan transaksi pembelian kendaraan kemungkinan besar disebabkan melemahnya daya beli kelas menengah kita akibat kenaikan harga mobil kisaran Rp150-400 juta sebesar rata-rata 7 persen per tahun yang tidak selaras dengan pertumbuhan pendapatan riil hanya 4-5 persen,” kata dia.
Yannes mengatakan, kelas menengah memegang peranan vital dalam industri otomotif karena merupakan kelompok konsumen terbesar dan paling aktif dalam membeli kendaraan.
Mereka menjadi target utama produsen dan perusahaan pembiayaan karena cenderung membeli mobil secara cicilan serta rutin mengganti kendaraan setiap beberapa tahun.
Ketergantungan mereka pada kredit membuat kelas ini sangat sensitif terhadap fluktuasi suku bunga dan inflasi, sehingga penurunan daya beli atau tekanan ekonomi langsung berdampak pada penjualan mobil nasional.
Baca Juga: Debut Manis Mitsubishi Destinator, MMKSI Panen Ribuan SPK di GIIAS 2025
“Ditambah tekanan ekonomi seperti inflasi pangan 6,2 persen pada Juni 2025 dan kenaikan BI 7-Day Reverse Repo Rate ke 5,75 persen yang mempersempit kemampuan kredit konsumen,” ujar Yannes.
Sementara itu, data penjualan menunjukkan tren yang mengkhawatirkan. Penjualan ritel kendaraan pada semester I 2025 tercatat turun 9,7 persen dibanding periode yang sama tahun lalu.
Bahkan, penjualan grosir (wholesales) anjlok tajam sebesar 22,6 persen hanya dalam bulan Juni, menurut data Gaikindo.
Meskipun Menteri Keuangan menyatakan pertumbuhan ekonomi mencapai 5,12 persen pada triwulan II-2025, Yannes menyebut dampak positifnya terhadap sektor otomotif diperkirakan baru akan terasa 12 hingga 13 bulan ke depan.
Artinya, dengan hanya beberapa bulan tersisa di tahun ini, pelaku industri otomotif masih harus menghadapi tantangan berat.
Kalah dari Malaysia
Sementara itu, seperti diwartakan Nikkei Asia pekan ini, pada Kuartal II kemarin penjualan mobil di Malaysia untuk pertama kalinya dalam sejarah berhasil mengalahkan Indonesia.
Penjualan mobil di Malaysia di Q2 kemarin berjumlah 183.366 unit, sementara di Indonesia penjualan kendaraan roda empat berjumlah 169.578 unit, turun 12 persen dari periode yang sama tahun lalu.
Angka-angka ini menunjukkan Indonesia kini sudah bukan lagi raja pasar otomotif di Asia Tenggara, meski memiliki populasi lebih dari 280 juta jiwa - yang terbesar di kawasan.
Penurunan penjualan mobil di Indonesia, yang telah berlangsung selama beberapa tahun terakhir, terasa sangat dalam pada Juni kemarin. Pada bulan 5 itu, penjualan mobil turun 21 persen dibandingkan tahun lalu - yang terendah sejak Maret 2024.
Ekonomi Bank Danamon Hosianna Situmorang mengatakan anjloknya penjualan mobil di Indonesia disebabkan oleh melemahnya daya beli masyarakat, terutama di kelas menengah serta semakin ketatnya pemberian kredit oleh lembaga pembiayaan.
Data dari Badan Pusat Statistik menunjukkan bahwa jumlah kelompok kelas menengah Indonesia pada 2024 turun menjadi 17,1 persen dari 21,4 persen pada 2019 lalu.
Sementara di Malaysia, penjualan mobil terus stabil disokong oleh dua merek lokal yakni Perodua dan Proton. Dua merek ini, yang masing-masing turut dimiliki oleh Daihatsu dan Geely, menguasai 63 persen pasar roda empat di Malaysia pada Semester I 2025.
Di sisi lain, penjualan mobil listrik di Malaysia juga melesat tinggi, hingga 91 persen dan setotal 12.733 unit pada Kuartal II kemarin. Sementara penjualan mobil hybrid juga naik 12 persen menjadi 17.480 unit.
Di luar Malaysia, Vietnam juga membukukan pertumbuhan penjualan mobil tertinggi di Asia Tenggara di periode yang sama. Penjualan mobil di Vietnamn naik 18 persen menjadi 90.772 unit. Sementara Thailand juga mencatat pertumbuhan penjualan mobil hingga 3,6 persen menjadi 149.502 unit.