- Praktik "zero-kilometre used cars" di China melibatkan mobil terdaftar dijual kembali tanpa pemakaian, merusak pasar.
- Tujuannya untuk memanipulasi data penjualan demi memenuhi target perusahaan dan mengurangi kelebihan stok produksi.
- Konsumen menghadapi risiko garansi berjalan dan masalah hukum, mendorong pemerintah China mengadakan pertemuan penindakan.
Suara.com - Industri otomotif China saat ini tengah diguncang kontroversi besar terkait praktik yang dikenal sebagai "zero-kilometre used cars". Fenomena ini merujuk pada mobil yang sudah terdaftar sebagai kendaraan terjual namun sebenarnya belum pernah digunakan sama sekali oleh pemilik pribadi.
Kendaraan ini kini mulai membanjiri pasar mobil bekas dan menuai kritik tajam karena dinilai menyesatkan konsumen serta merusak stabilitas pasar dalam jangka panjang.
Melansir Car News China, praktik ini ikut disorot oleh sejumlah pelaku industri ternama termasuk Chairman Great Wall Motor, Wei Jianjun. Fenomena tersebut dianggap mendistorsi data penjualan demi mempercantik laporan kinerja perusahaan serta menutupi lemahnya permintaan riil di pasar otomotif China. Langkah ini menjadi strategi instan bagi beberapa produsen untuk tetap terlihat kompetitif di mata investor.
Di balik angka penjualan yang terlihat solid, mobil-mobil baru tersebut sebenarnya didaftarkan atas nama dealer afiliasi atau pihak ketiga sebelum dijual kembali sebagai mobil bekas dengan jarak tempuh nyaris nol. Strategi ini sengaja dilakukan untuk membantu pabrikan mencapai target penjualan tahunan, mengurangi tumpukan stok di gudang, serta memanfaatkan berbagai insentif pemerintah atau kebijakan ekspor yang berbasis pada status registrasi kendaraan.
Para analis menilai praktik tersebut tidak terlepas dari persoalan struktural industri otomotif China, terutama masalah kelebihan kapasitas produksi. Pada April 2025, persediaan mobil penumpang nasional dilaporkan mencapai 3,5 juta unit. Perang harga yang semakin agresif serta ketergantungan pada subsidi pemerintah turut memperparah situasi sehingga menciptakan tekanan besar bagi produsen dan dealer untuk menghabiskan stok dengan cara yang kurang transparan.
Bagi konsumen, mobil bekas nol kilometer memang terlihat sangat menggiurkan karena harganya bisa 30 persen lebih murah dari harga resmi. Namun terdapat risiko tersembunyi karena masa garansi biasanya sudah berjalan sejak tanggal registrasi awal. Selain itu, beberapa unit dilaporkan masih memiliki riwayat kepemilikan atau pinjaman yang belum tuntas sehingga berpotensi memicu masalah hukum bagi pembeli di kemudian hari.
Dampak jangka panjang dari praktik ini dikhawatirkan akan meluas ke pasar secara keseluruhan. Data penjualan yang tidak akurat dapat menyesatkan investor serta memicu persaingan tidak sehat antarprodusen. Sebagai contoh, harga mobil bekas model BYD Qin L bahkan dilaporkan anjlok drastis hingga 40 persen di bawah harga resmi. Kondisi ini memaksa pemerintah China menggelar pertemuan tingkat tinggi untuk membahas penindakan terhadap praktik pelaporan penjualan yang menyesatkan serta pengawasan skema "channel stuffing" di industri otomotif.