PANDEGLANG – Saniman Susanto (45) dan Yuyun Yunengsih (44) harus rela dan berjuang untuk memotivasi kelangsungan hidupnya. Sebab anak tunggalnya Nesa Septi Lestari (14) menderita Thalasemia sejak usia 2,5 tahun.
Pasangan warga Kampung Karang Tengah, Desa Idaman, Kecamatan Patia, Kabupaten Pandeglang mengaku sedih usai mengetahui anak semata wayangnya menderita seumur hidup sakit thalasemia. Sebab selain penyakit tersebut menyebabkan kematian Ia harus menyiapkan dana yang tidak sedikit. Karena harus rutin cuci darah ke rumah sakit. “Kalau kita hitung, untuk satu bulan itu obatnya aja 3,7 juta kemudian ditambah vitamin E. Yah diperkirakan dihitung dengan penginapan sekitar 5 jutaan per bulan. Dan penyakit thalasemia ini penyakit mahal. Jadi saya gak sanggup kalau seumur hidup harus bayar terus,” kata Saniman ditemui di rumahnya.
Saniman yang berprofesi sebagai guru di SDN Idaman 2, Kabupaten Pandeglang dan Yuni sebagai perias pengantin sempat pesimis karena kelemahan finansial. Namun semangat hidup mereka tumbuh dengan kehadiran Program Jaminan Kesehatan Nasional – Kartu Indonesia Sehat (JKN-KIS) yang diselenggarakan BPJS Kesehatan. “Tapi kalau ada BPJS kesehatan jadi lega. Ditanggung Alhamdulillah. Untuk itu saya bersyukur ada kartu BPJS kesehatan, karena penghasilan saya dan keluarga gak mampu bayar. Saya ini kan pegawai kecil PNS, tapi penyakit seperti ini gak miskin dan kaya, hampir semua orang tua penderita mengakui kewalahan kalau seumur hidup. Karena belum ada obatnya yang dapat sembuh total, ” ujarnya
“Banyak dari temen-temen saya pesimis untuk terus mengobati. Karena faktor ekonomi itu. Tapi alhamdulillah setelah ada JKN-KIS, muncul semangat baru untuk mengobatinya. Jangan mengeluh udah dibantu oleh BPJS kesehatan. Jadi tinggal semangat aja rutin berobat ke rumah sakit,” imbuhnya yang juga sebagai Koordinator Perhimpunan Orang Tua Penderita Thalassaemia Indonesia (POPTI) wilayah Kabupaten Pandeglang.