Suara.com - Ternyata ada cerita menarik di balik frasa Minal aidzin wal faizin yang menjadi ucapan selamat Lebaran paling mentradisi di Indonesia.
Uniknya, ucapan ini hampir selalu diiringi dengan “Mohon maaf lahir dan batin”, seolah keduanya adalah satu kesatuan yang tidak bisa dipisahkan.
Tapi, pernahkah terpikir, apakah makna sebenarnya dari Minal aidzin wal faizin?
Mengapa di negara lain tidak ada kebiasaan yang sama?
Dan bagaimana ucapan ini berevolusi menjadi bagian penting dari budaya Lebaran di Indonesia?
Hanni Sofia dalam tulisannya di Antara mengatakan, dalam bahasa Arab, frasa ini sebenarnya tidak terlalu umum digunakan di negara-negara Timur Tengah.
Asal-usulnya diyakini berasal dari ungkapan yang lebih panjang, yaitu Ja'alanallahu wa iyyakum minal 'aidin wal faizin.
Secara harfiah berarti “Semoga Allah menjadikan kami dan kalian termasuk orang-orang yang kembali (ke fitrah) dan menang.”
Ungkapan minal aidzin wal faizin memiliki sejarah panjang yang berkaitan dengan Perang Badar, yaitu pertempuran antara umat Islam dan kaum Quraisy.
Baca Juga: Arus Balik Lebaran 2025 Apakah Ganjil Genap Berlaku? Cek Jadwal dan Titiknya
Berdasarkan berbagai sumber, Idul Fitri pertama kali dirayakan pada tahun 624 Masehi atau tahun kedua Hijriah, yang bertepatan dengan berakhirnya Perang Badar.
Beberapa sumber lain menyebutkan bahwa ungkapan minal aidzin wal faizin berasal dari syair yang berkembang pada masa Al-Andalus (wilayah yang kini mencakup Spanyol dan Portugal).
Syair ini dikatakan ditulis oleh Shafiyuddin Al-Huli.
Dalam kitab "Dawawin Asy-Syi’ri al-Arabi ala Marri Al-Ushur" (jilid 19, halaman 182), ungkapan tersebut disebutkan sebagai bagian dari nyanyian yang biasa dibawakan oleh para perempuan saat merayakan hari raya.
Maknanya memang sesuai dengan semangat Idul Fitri, yaitu kembali kepada kesucian setelah sebulan berpuasa dan meraih kemenangan dalam menahan hawa nafsu.
Namun, ketika diadopsi di Indonesia, frasa ini dipendekkan menjadi minal aidzin wal faizin dan seolah mengalami pergeseran makna.