Herry juga bertanggung jawab atas keberhasilan Hendra Setiawan dan Mohammad Ahsan, yang meraih medali emas Kejuaraan Dunia pada 2013 dan 2015, serta menorehkan prestasi di turnamen bergengsi lainnya seperti All England dan Indonesia Open.
Tidak hanya itu, pasangan Marcus Fernaldi Gideon/Kevin Sanjaya Sukamuljo, yang sempat merajai peringkat ganda putra dunia, juga menjadi bukti keberhasilan Herry dalam membimbing atlet dengan potensi besar.
Meskipun karier Herry IP penuh dengan prestasi, perjalanan sebagai pelatih tidak selalu mulus. Ia menghadapi berbagai tantangan, termasuk gaji yang minim saat pertama kali bergabung dengan PBSI, yang hanya sebesar Rp400 ribu per bulan.
Selain itu, menjadi pelatih bukanlah hal yang mudah. Herry harus memahami karakteristik masing-masing anak didiknya yang memiliki latar belakang dan kepribadian yang berbeda-beda. Menangani perbedaan pendapat tentang program latihan juga menjadi salah satu tantangan yang harus dihadapinya.
Herry juga menghadapi tantangan dalam menciptakan pola latihan yang tepat agar bisa mengembangkan potensi atlet dengan cara yang efektif. Semua kesulitan ini ia hadapi dengan penuh dedikasi dan tekad, yang pada akhirnya mengantarkan Indonesia meraih kejayaan di dunia bulu tangkis.
Keputusan Herry untuk meninggalkan Pelatnas PBSI mungkin mengejutkan banyak pihak, namun dedikasi dan pencapaiannya akan terus dikenang. Sebagai pelatih yang telah melahirkan sejumlah pasangan ganda putra terbaik dunia, kontribusinya terhadap perkembangan bulu tangkis Indonesia tidak akan pernah terlupakan. Demikianlah informasi terkait profil Herry IP.
Kontributor : Dini Sukmaningtyas