Suara.com - Padel kini jadi olahraga favorit di Indonesia, memikat pecinta raket dengan lapangan kecil dan dinding kaca yang seru.
Namun, ada olahraga lain yang sering disebut sebagai “saudara” padel: pickleball. Dengan elemen tenis, bulutangkis, dan pingpong, pickleball mulai menarik perhatian dunia, termasuk Indonesia.
Apa itu pickleball, dan mengapa olahraga ini begitu mirip dengan padel? Berikut fakta-fakta menarik untuk penggemar padel Indonesia.
Asal-Usul Pickleball
Pickleball diciptakan pada 1965 di Pulau Bainbridge, Washington, oleh Joel Pritchard, Bill Bell, dan Barney McCallum.
Awalnya, mereka ingin membuat permainan keluarga yang menyenangkan menggunakan peralatan sederhana, raket kayu, bola berlubang, dan net rendah.
Nama “pickleball” konon terinspirasi dari anjing Pritchard, Pickles, yang suka mengejar bola.
Kini, olahraga ini booming di Amerika Serikat dengan lebih dari 10 juta pemain dan mulai masuk Indonesia melalui komunitas kecil di Jakarta dan Bali.
Kemiripan dengan Padel
Baca Juga: Padel Masih Hits, Tapi Apa 3 Olahraga Ini Bisa Menggesernya?
Seperti padel, pickleball dimainkan secara ganda (2 vs 2), menekankan kerja sama tim dan strategi. Lapangannya berukuran 13,4 x 6,1 meter, lebih kecil dari lapangan padel (20 x 10 meter), membuatnya ideal untuk ruang terbatas.
Raket pickleball solid, tanpa senar, mirip raket padel, tapi lebih ringan dan berbentuk persegi panjang.
Bola pickleball, terbuat dari polimer berlubang, memberikan pantulan lambat yang mendukung rally panjang, serupa dengan dinamika padel.
Namun, pickleball tidak menggunakan dinding, melainkan net setinggi 86 cm dan zona “kitchen” (2 meter dari net) yang melarang pukulan voli, menambah unsur taktis.
Mengapa Pickleball Menarik?
Pickleball lebih mudah dipelajari ketimbang padel atau tenis, cocok untuk pemula, anak-anak, hingga lansia.
Permennya cepat, seru, dan tak terlalu menguras fisik, menjadikannya olahraga sosial yang mirip dengan padel.
Di Indonesia, biaya bermain pickleball relatif terjangkau—raket mulai Rp500 ribu dan sewa lapangan sekitar Rp100-200 ribu per jam—lebih murah dibandingkan padel.
Komunitas seperti Indonesia Pickleball Federation (IPF), yang berdiri pada 2020, mulai aktif menggelar turnamen kecil, menarik minat generasi muda dan ekspatriat.
Potensi di Indonesia
Meski padel lebih dulu populer di Indonesia berkat dukungan Persatuan Besar Padel Indonesia (PBPI) dan lapangan yang kini berjumlah puluhan, pickleball punya peluang besar.
Fasilitasnya lebih mudah dibangun karena lapangan kecil bisa memanfaatkan ruang bulutangkis atau futsal.
Media sosial juga membantu, dengan influencer olahraga mulai memamerkan pickleball di Instagram dan TikTok.
Turnamen internasional seperti U.S. Open Pickleball Championships menunjukkan potensi globalnya, dan Indonesia mulai dilirik sebagai pasar baru.
Kontributor: Azka Putra