Teori mereka berangkat dari penjelasan Jakob Bekenstein dari Hebrew Unversity of Jerusalem di Israel dan Stephen Hawking dari Universty of Cambridge, Inggris tentang lubang hitam.
Kedua pakar fisika ulung itu mengatakan bahwa bahkan lubang hitam tidak bisa melenyapkan informasi. Informasi dari semua bintang mati yang lenyap ditelan lubang hitam masih bisa dilacak kembali dengan mengukur entropy - ukuran kuantitatif dari sistem perpindahan panas yang tidak beraturan - lubang hitam.
Teori itu menjelaskan bahwa gelombang kuantum mikroskopik pada pada permukaan horison - lapisan yang mengelilingi lubang hitam di mana semua benda yang melintasinya akan dihisap de dalam - dapat menyandikan informasi di dalam lubang hitam.
Dengan kata lain, tidak ada informasi yang hancur saat lubang hitam menghilang. Artinya, informasi 3 dimensi tentang bintang yang mati dapat diserap secara lengkap dari lapisan 2 dimensi horizon lubang hitam.
Berdasarkan pada teori ini, para fisikawan yakin bahwa batas-batas alam semesta mengandung informasi 2 dimensi yang menjelaskan secara lengkap segala sesuatu yang terkandung di dalamnya. Seperti sebuah hologram yang menyajikan gambar 3 dimensi dalam wujud 2 dimensi. Seperti televisi yang hanya menayangkan gambar datar dari wujud 3 dimensi ruang dan benda, termasuk manusia di dalamnya.
Tetapi Hogan mengingatkan, gagasan bahwa alam semesta adalah hologram bisa menyesatkan karena seolah-olah bahwa semua yang terjadi di dunia hanya ilusi.
Jika Holometer berhasil menemukan unit-unit fundamental dari alam semesta, itu tidak berarti dunia 3 dimensi kita tidak benar-benar ada. Itu hanya akan mengubah cara manusia memahami apa yang membentuk alam semesta. (New Scientist/ Live Science)