"Sangat penting bahwa semua uji coba dan studi vaksin menyertakan BMI (indeks massa tubuh) sebagai perancu potensial untuk efektivitas dan perlindungan vaksin," tulis para ilmuwan.
Ada lusinan upaya vaksin yang sedang dikembangkan di seluruh dunia saat ini, dengan banyak di antaranya sudah dalam uji coba pada manusia.
Beberapa dari opsi utama telah dikembangkan oleh para ilmuwan di Inggris yang dikembangkan oleh Universitas Oxford.
Profesor Beck dan timnya menjelaskan bahwa obesitas membuat sistem kekebalan menjadi lemah. Gula darah tinggi, peradangan dan resistensi insulin, semuanya berkontribusi pada hal ini.
Peradangan, sejenis pembengkakan internal yang dapat terjadi pada orang yang kelebihan berat badan dan tidak sehat, dapat menguras energi sistem kekebalan karena terus-menerus berusaha menghentikannya untuk merusak tubuh.

Studi sebelumnya, tim North Carolina mengatakan obesitas telah terbukti menganggu perkembangan memori imunologis. Para ahli mengatakan bahwa orang dengan lemak tubuh berlebih memiliki kekebalan yang lebih lemah setelah vaksin flu dan dua kali lebih mungkin untuk tetap terserang flu atau penyakit seperti flu meskipun telah divaksin.
Ilmuwan menambahkan bahwa orang-orang bertubuh gemuk juga tidak menghasilkan jenis sel kekebalan tertentu lainnya, yang dikenal sebagai sel T, secara efektif. Respons kekebalan yang terganggu ini juga bisa membuat orang gemuk lebih mungkin sakit parah atau bahkan meninggal dunia jika tertular Covid-19.
Tinjauan para ahli menemukan bahwa orang dengan BMI di atas 30 memiliki kemungkinan 113 persen lebih besar untuk berakhir di rumah sakit, 74 persen lebih mungkin membutuhkan perawatan intensif, dan 48 persen lebih mungkin meninggal dunia daripada orang dengan bedan badan sehat.
"Individu dengan obesitas juga lebih mungkin mengalami penyakit fisik yang membuat melawan penyakit ini lebih sulit, seperti sleep apnea, yang meningkatkan hipertensi pulmonal, atau indeks massa tubuh yang meningkatkan kesulitan dalam pengaturan rumah sakit dengan intubasi," tambah Profesor Beck.
Baca Juga: Bak Misteri, Satgas Sebut Covid-19 Tidak Akan Berakhir Meski Ada Vaksin
![Ilustrasi vaksin COVID-19. [Shutterstock]](https://media.suara.com/pictures/653x366/2020/04/03/11084-vaksin-covid-19.jpg)
Sebuah penelitian terpisah yang dilakukan oleh ilmuwan University College London bulan ini menemukan bahwa obesitas dapat meningkatkan kemungkinan seseorang mengembangkan Covid-19 hingga 240 persen. Menurut para ahli, hal ini dapat menjelaskan mengapa negara-negara Barat seperti Ingggris dan Amerika Serikat begitu terdampak oleh virus tersebut dibandingkan dengan negara-negara Asia. Obesitas jauh lebih umum di negara-negara di mana junk food dan pekerjaan kantor tersebar luas.