Biasanya, industri mengubah hutan atau padang rumput menjadi pertanian. Hal itu sangat merugikan spesies liar yang kehilangan tempat tinggal.
Selain itu, sepertiga dari semua daratan dan tiga perempat dari semua wilayah air tawr di Bumi sekarang didedikasikan untuk memproduksi makanan. Sebanyak 75 persen stok ikan di lautan pun dieksploitasi secara berlebihan.
Kawasan tropis di Amerika Tengah dan Selatan bahkan telah mengalami penurunan spesies 94 persen sejak tahun 1970.
Menurut penelitian yang ditulis Living Planet bersama dengan 40 LSM dan lembaga akademis menunjukkan bahwa mengurangi limbah makanan dan mendukung pola makan yang lebih sehat serta lebih ramah lingkungan dapat membantu "membengkokkan" degradasi.

Ditambah dengan upaya konservasi radikal, tindakan ini dapat mencegah lebih dari dua pertiga dari hilangnya keanekaragaman hayati di masa depan.
"Kita perlu bertindak sekarang. Tingkat pemulihan keanekaragaman hayati biasanya jauh lebih lambat, dibandingkan dengan hilangnya keanekaragaman hayati baru-baru ini," ucap David Leclere, penulis utama penelitian di International Institute of Applied System Analysis.
Dia menambahkan, itu menyiratkan bahwa setiap penundaan tindakan akan memungkinkan hilangnya keanekaragaman hayati lebih lanjut yang mungkin membutuhkan waktu puluhan tahun untuk pulih.
Leclere juga memperingatkan tentang hilangnya keanekaragaman hayati yang tidak dapat diubah, seperti ketika suatu spesies punah. Menurutnya, manusia masih memiliki kewajiban moral untuk hidup berdampingan dengan kehidupan di Bumi.
Baca Juga: Perdagangan Ilegal Trenggiling dan Satwa Liar Marak di Media Sosial