Lebih dari 87 Ribu Penelitian Covid-19 Diterbitkan Sejak Pandemi Dimulai

Selasa, 02 Maret 2021 | 11:30 WIB
Lebih dari 87 Ribu Penelitian Covid-19 Diterbitkan Sejak Pandemi Dimulai
Ilustrasi ilmuwan. [Pixabay/felixioncool]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Penelitian baru ini merupakan pembaruan dari studi yang diterbitkan para peneliti pada Juli di PLOS ONE.

Dalam studi sebelumnya, para peneliti menemukan bahwa China dan Amerika Serikat memimpin dunia dalam penelitian virus Corona selama bulan-bulan awal pandemi.

Penelitian baru ini juga menunjukkan bahwa kontribusi China menurun secara signifikan setelah tingkat infeksi di negara itu turun.

Mulai dari 1 Januari hingga 8 April, para ilmuwan China terlibat dalam 47 persen dari semua publikasi di seluruh dunia tentang virus Corona.

Kemudian jumlahnya menurun menjadi hanya 16 persen dari 13 Juli hingga 5 Oktober. Hasil serupa ditemukan di negara lain ketika tingkat infeksi menurun di antara populasi.

Kemungkinan pendanaan pemerintah untuk penelitian tentang masalah ini turun secara drastis di negara-negara seperti China ketika pandemi tidak lagi menjadi ancaman besar.

Ilustrasi virus corona Covid-19, masker bedah (Pixabay/Coyot)
Ilustrasi virus corona Covid-19, masker bedah (Pixabay/Coyot)

Sementara itu, ilmuwan di Amerika Serikat terlibat dalam 23 persen dari semua penelitian virus Corona di seluruh dunia pada awal pandemi dan meningkat sekitar 33 persen dari Juli hingga Oktober.

Studi baru menemukan bahwa jumlah tim dalam proyek penelitian virus Corona terus menurun. Tak hanya itu, tingkat kolaborasi internasional juga terus menurun. Sebagian besar alasannya karena larangan bepergian membuat para ahli tidak mungkin bertemu.

Menurut Wagner, hal ini sangat merugikan pembentukan kolaborasi baru di antara para ilmuwan, yang hampir selalu dimulai dengan tatap muka.

Baca Juga: Setahun Covid-19, Angka Testing Indonesia Masih Jauh dari Standar WHO

Tetapi, mungkin juga ada komponen politik, terutama dalam kolaborasi Amerika Serikat-China. Persyaratan tinjauan studi pemerintah China mungkin merugikan.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI