"Temuan terpenting adalah perubahan yang kami lihat di plasenta. Plasenta membawa darah dan nutrisi ke janin dan sangat penting untuk pertumbuhan serta kesejahteraan janin. Kami menemukan bahwa separuh jaringan rusak," tambah Zaigham, seperti dikutip dari Science Alert, Rabu (3/3/2021).
Meskipun ibunya sembuh dengan cepat dan dipulangkan empat hari setelah melahirkan, tetapi bayinya membutuhkan perawatan neonatal karena lahir prematur.
Bayi tersebut mengembangkan antibodi untuk melawan virus dan tidak memiliki gejala yang parah setelah melahirkan.
Oleh karena itu, sistem kekebalan bayi sendirilah yang menetralkan virus karena tim medis tidak menemukan antibodi apa pun dalam asi ibu.
Penelitian yang diterbitkan di The British Journal of Obstetrics and Gynecology, itu adalah satu di antara segelintir makalah ilmiah yang menyelidiki penularan Covid-19 melalui plasenta.

Penelitian sebelumnya juga melaporkan kegagalan plasenta yang cepat dan irama jantung janin yang abnormal, serupa dengan yang ditemukan dalam kasus ini.
Tetapi, dengan ribuan perempuan hamil yang terinfeksi di seluruh dunia, penularan dari ibu ke bayi di dalam rahim tampaknya menjadi komplikasi Covid-19 yang jarang terjadi selama kehamilan.
Temuan ini menunjukkan bagaimana para ahli menemukan cara untuk memantau perempuan hamil yang mengidap Covid-19 dan harus dianggap sebagai kelompok risiko yang lebih penting.
Baca Juga: Mutasi Covid-19 Inggris Masuk RI, Wamenkes: Kita Tak Tahu Kapan Berakhir