Suara.com - Penelitian terbaru meragukan keakuratan pemindai suhu badan untuk mendeteksi demam, sebagai tanda dari virus Corona (Covid-19).
Studi baru tentang pemindai suhu oleh organisasi penelitian pengawasan IPVM, para peneliti memperingatkan bahwa alat tersebut sangat tidak efektif.
Studi tersebut justru melihat pemeriksaan akan meningkatkan risiko pengabaian orang terinfeksi yang lewat melalui pos pemeriksaan medis.
Menurut laporan The Washington Post usai membahas temuan penelitian dengan Food and Drug Administration (FDA), pihak terkait mengeluarkan peringatan publik bahwa penggunaan perangkat yang tidak tepat, dapat menyebabkan pengukuran tidak akurat dan memberikan risiko kesehatan masyarakat yang berpotensi serius.
FDA juga mengumumkan telah mengirim surat peringatan resmi ke perusahaan yang menjual sistem pencitraan termal yang tidak disetujui, tidak jelas, dan tidak sah.
Para peneliti menemukan bahwa tujuh pemindai yang banyak digunakan memiliki ketidaktepatan sensor.

Orang demam dengan suhu 38 derajat Celcius dapat dipindai oleh perangkat menjadi 36,6 derajat Celcius atau suhu orang yang masih tergolong sehat.
"Kegunaan perangkat ini sebagai pemindai demam sekarang sangat dipertanyakan dan bisa dibilang berisiko bagi kesehatan masyarakat karena alat itu secara aktif melaporkan demam seperti suhu biasa," kata Conor Healy, peneliti utama studi yang dipublikasi di Journal of Biomedical Optics.
Namun, perwakilan dari perusahaan yang diuji, yaitu Certify, Dahua, Meridian, dan ZKTeco membantah temuan tersebut.
Baca Juga: Musnahkan Kehidupan, Ilmuwan Prediksi Oksigen Menurun dalam 1 Miliar Tahun
Menurutnya, sistem mereka tidak memanipulasi pemindaian suhu tetapi dalam beberapa kasus menggunakan teknik perangkat lunak untuk "menyesuaikan diri" dengan lingkungan.