Jakarta Dingin Selama Juni, Ini Penyebabnya

Liberty Jemadu Suara.Com
Kamis, 01 Juli 2021 | 16:09 WIB
Jakarta Dingin Selama Juni, Ini Penyebabnya
Suhu Jakarta dingin selama Juni 2021, lebih dari bulan yang sama pada 2020 lalu. Foto: Warga beraktivitas saat hujan deras di kawasan Pinang Ranti, Jakarta Timur, Jumat (18/6/2021). [Suara.com/Alfian Winanto]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

"Hujan yang masih sering terjadi di wilayah barat Indonesia (Jawa dan Sumatra) sejak awal bulan Juni terjadi karena pengaruh dinamika laut-atmosfer yang terjadi di Samudra Hindia," jelas Erma Yulihastin dari PSTA Lapan.

Dinamika laut-atmosfer ini ditunjukkan dari pembentukan pusat tekanan rendah berupa pusaran angin yang dinamakan vorteks di selatan Khatulistiwa, dekat pesisir barat Sumatra dan Jawa.

Sejak awal Juni pembentukan vorteks di Samudra Hindia yang sangat intensif dan diperkirakan bertahan sepanjang periode musim kemarau sehingga berpotensi menimbulkan anomali musim kemarau yang cenderung basah sepanjang bulan Juli-Oktober pada tahun ini.

Hal ini juga diperkuat dengan prediksi pembentukan Dipole Mode Negatif di Samudra Hindia yang berpotensi menimbulkan fase basah di barat Indonesia.

Dipole mode ditandai dengan penghangatan suhu permukaan laut di Samudra Hindia dekat Sumatra, sedangkan sebaliknya di wilayah dekat Afrika mengalami pendinginan suhu permukaan laut.

Kondisi ini mengakibatkan pemusatan aktivitas awan dan hujan terjadi di Samudra Hindia barat Sumatra sehingga berdampak pada pembentukan hujan yang berkepanjangan selama musim kemarau di sebagian besar wilayah Indonesia.

Penghangatan suhu permukaan laut di Samudra Hindia barat Sumatra ini juga merupakan bagian dari feedback response terhadap kondisi di Samudra Pasifik yang saat ini mengalami La Nina namun semakin melemah dan cenderung menuju kondisi netral.

Meskipun demikian, dipole mode negatif ini diprediksi hanya berlangsung secara singkat, yaitu dua bulan (Juli-Agustus) sehingga belum memenuhi kriteria dipole mode yang secara ilmiah harus terjadi minimal 3 bulan berturut-turut.

Eksistensi vorteks dan penghangatan suhu permukaan laut di perairan lokal Indonesia diprediksi akan terus berlangsung hingga Oktober. Gabungan vorteks dan anomali suhu permukaan laut lokal ini merupakan faktor pembangkit yang menyebabkan anomali musim kemarau cenderung basah pada tahun ini terutama di wilayah Indonesia bagian selatan (Jawa hingga Nusa Tenggara Timur) dan timur laut (Maluku, Sulawesi, dan Halmahera).

Baca Juga: Asal Usul 30 Juni Diperingati Asteroid Day

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI