Peneliti Malaysia: Taliban Bisa Belajar dari Indonesia soal Sekolah untuk Perempuan

Liberty Jemadu Suara.Com
Selasa, 12 Oktober 2021 | 06:15 WIB
Peneliti Malaysia: Taliban Bisa Belajar dari Indonesia soal Sekolah untuk Perempuan
SMP Ilmu Al-Quran di Pondok Pesantren Mahad Utsmani Tafidzu. (Dok. Kementerian PUPR)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Kementerian Agama (Kemenag), bersama dengan dua organisasi Muslim terbesar di Indonesia – Nahdlatul Ulama (NU) dan Muhammadiyah – telah menghasilkan banyak sekali perempuan lulusan madrasah. Walau ada perbedaan ideologis antara NU dan Muhammadiyah, keduanya memberikan akses pendidikan untuk perempuan sejak lama.

Meskipun kualitasnya selama ini banyak dipertanyakan, madrasah di Indonesia berhasil mencapai keseimbangan gender antara murid laki-laki dan perempuan.

Di antara madrasah negeri dan swasta, misalnya, jumlah murid perempuan dan laki-laki setara – bahkan perempuan lebih banyak di tingkat menengah atas (Madrasah Aliyah, atau MA). Di antara sekolah Islam yang lebih informal pun, seperti pondok pesantren, jumlah santri laki-laki dan perempuan juga setara.

Bagi Afganistan, mengikuti jejak madrasah di Indonesia dapat menjadi solusi untuk menutup kurangnya sekolah di negara tersebut.

Banyak wilayah di Afganistan, misalnya, hingga saat ini masih terpencil. Infrastruktur digital yang buruk dan minimnya sekolah negeri membuat madrasah jadi satu-satunya opsi untuk memperluas pendidikan untuk perempuan.

Bahkan setelah pemerintah Amerika Serikat (AS) mengucurkan triliunan dolar selama masa kependudukannya, sekitar dua pertiga perempuan dengan usia di level pendidkan menengah tidak mengenyam bangku sekolah. Dengan kata lain, bahkan sebelum Taliban kembali berkuasa, capaian terkait akses pendidikan perempuan belum memuaskan.

Model madrasah di Indonesia ini dapat menjadi solusi terjangkau bagi berbagai pemerintah dunia untuk memperluas akses sekolah.

Negara Muslim yang lain, yakni Bangladesh, misalnya, mengikuti jejak Indonesia dalam menggandeng madrasah. Saat ini, di negara tersebut, perempuan di level pendidikan menengah jumlahnya lebih banyak dari laki-laki.

Bahkan, jauh sebelum Taliban mengumumkan rencana mereka akhir-akhir ini untuk mewajibkan jilbab dan memisahkan murid berdasarkan gender, pemerintah Indonesia telah mengeluarkan kebijakan serupa pada tahun 2014 untuk membatasi pakaian murid perempuan di sekolah.

Baca Juga: Granat Meledak di Masjid Afghanistan, Satu Pemimpin Taliban Tewas

Di sini, suatu pelajaran penting bagi Afganistan dari Indonesia adalah penerapan hukum Islam tetap bisa berjalan beriringan dengan agenda global untuk menyekolahkan perempuan.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI