Konflik Rusia-Ukraina, Berujung Pemadaman Internet yang Dikhawatirkan Meluas

Dythia Novianty Suara.Com
Jum'at, 25 Februari 2022 | 07:15 WIB
Konflik Rusia-Ukraina, Berujung Pemadaman Internet yang Dikhawatirkan Meluas
Ilustrasi internet. [fancycrave1/Pixabay]

"Lalu lintas dari Kharkiv tampaknya sekitar 50 persen di bawah tingkat normal,” ujar juru bicara tersebut.

Tank bergerak ke kota, setelah Presiden Rusia Vladimir Putin mengizinkan operasi militer di Ukraina timur, di Mariupol, 24 Februari 2022. ANTARA/Reuters/Carlos Barria/as.
Tank bergerak ke kota, setelah Presiden Rusia Vladimir Putin mengizinkan operasi militer di Ukraina timur, di Mariupol, 24 Februari 2022. ANTARA/Reuters/Carlos Barria/as.

Ada indikasi bahwa pemadaman listrik Kharkiv dimulai setelah ledakan terdengar di daerah itu, meskipun tidak jelas apakah kerusakan terjadi pada infrastruktur telekomunikasi pada saat itu.

Upaya menyeluruh untuk menutup akses internet kemungkinan akan melibatkan serangan yang ditargetkan serupa terhadap ISP lain di seluruh negeri.

Sejauh ini, pasukan Rusia telah melakukan sejumlah serangan udara dan darat terhadap sasaran strategis di seluruh Ukraina, menghantam pusat komando militer dan pusat transportasi, menurut media Ukraina.

Tapi tidak ada serangan terkonsentrasi pada layanan telekomunikasi yang dilaporkan.

Namun, para pendukung internet terbuka khawatir bahwa gangguan tersebut dapat menunjukkan maksud strategis untuk membatasi arus informasi dari wilayah tersebut, berdasarkan insiden sebelumnya di mana infrastruktur internet telah ditargetkan di zona perang aktif.

Felicia Anthonio, juru kampanye untuk organisasi hak digital Access Now, menunjukkan dampak penutupan internet di zona konflik lain di seluruh dunia.

“Infrastruktur internet menjadi target untuk mengontrol arus informasi dan mendapatkan atau mempertahankan kekuasaan selama konflik, seperti yang kita saksikan melalui penghancuran infrastruktur telekomunikasi Yaman akibat serangan udara yang dipimpin Saudi,” kata Anthonio.

Ilustrasi serangan siber (Shutterstock).
Ilustrasi serangan siber (Shutterstock).

“Penutupan internet selama masa krisis, konflik, dan kerusuhan mempersulit jurnalis dan pembela hak asasi manusia untuk mendapatkan informasi penting masuk dan keluar dari wilayah ini dan bagi orang-orang untuk mengakses informasi penting yang dapat memengaruhi keselamatan mereka,” tuturnya.

Baca Juga: Konflik Rusia-Ukraina, Pesepakbola Brasil di Ukraina Minta Segera Dievakuasi

Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI