
Sementara rata-rata, setengah dari semua generasi di Asia Tenggara (50 persen) memahami pentingnya
penggunaan perangkat lunak antivirus untuk melindungi uang dan data online mereka.
Sementara, Gen Z menunjukkan kepercayaan paling rendah sebesar 46 persen, Milenial sebesar 49 persen, dan Gen X sebesar 52 persen.
Hampir seperempat (20 persen) dari semua responden merasa bahwa penggunaan perangkat lunak antivirus sudah cukup.
Sebesar 17 persen responden merasa tidak yakin atau tidak mengetahui tentang bagaimana antivirus dapat membantu mereka mengurangi risiko kerugian finansial.
Secara mengkhawatirkan, masih ada sekitar 14 persen yang mengatakan bahwa perangkat lunak antivirus bukanlah alat penting, dalam memerangi ancaman dunia maya yang dapat mengancam data keuangan dan properti.
"Penjahat dunia maya memahami kebiasaan dan keadaan emosional kita, karena mereka juga manusia," ujarnya.
Terlihata bagaimana mereka menjadi semakin kreatif dalam menargetkan pengguna dengan serangan rekayasa social.
![Ilustrasi kejahatan siber [Foto: Antara]](https://media.suara.com/pictures/653x366/2021/10/03/97951-ilustrasi-kejahatan-siber.jpg)
"Kami mendesak semua generasi melihat ke perspektif lebih dalam yaitu untuk melindungi perangkat mereka dengan alat yang tepat demi mengamankan tidak hanya data tetapi yang paling penting adalah uang dari hasil jerih payah mereka,” terang Lee.
Baca Juga: Sebanyak 1.150 Pangkalan Data Indonesia Tercecer di Internet