Heat Islands, Pemicu Panas yang Menyengat Jabodetabek Belakangan Ini

Liberty Jemadu Suara.Com
Kamis, 19 Mei 2022 | 21:50 WIB
Heat Islands, Pemicu Panas yang Menyengat Jabodetabek Belakangan Ini
Fenomena heat islands disebut sebagai pemicu cuaca panas menyengat di Jabodetabek sejak Mei 2022. Foto: Petugas Stasiun Klimatologi BMKG Kelas II Tangerang Selatan mengamati penyinaran matahari dengan menggunakan alat Campbell Stokes di Taman Alat Stasiun Klimatologi BMKG Pondok Betung, Tangerang Selatan, Banten, Selasa (10/5/2022). Berdasarkan data hasil pengamatan BMKG Pusat, suhu maksimum selama periode tanggal 1- 7 Mei 2022 berkisar antara 33- 36.1 derajat Celcius dengan suhu maksimum tertinggi mencapai 36.1 derajat celcius terjadi di wilayah Tangerang (Banten) dan Kalimarau (Kalimantan Utara). [Antara/Muhammad Iqbal]

Kejadian ini diakibatkan maraknya ekspansi bangunan di Jakarta. Ini juga termasuk berkurangnya perairan dan kawasan pertanian.

Selain alih fungsi lahan, bentuk bangunan dan penempatannya juga berpengaruh terhadap daya dukung suatu kawasan untuk mengendalikan temperatur. Pengajar senior dari James Cook University di Australia, Taha Chaiechi, menampilkan risetnya di Cairns, Australia, yang menemukan bahwa bangunan-bangunan dan tata kota mempengaruhi laju angin, sinar matahari, dan tutupannya sehingga berdampak pada temperatur kota.

Bukan hanya cuaca panas, heat islands akibat penggunaan lahan juga berdampak peningkatan curah hujan ekstrem di Jakarta dan sekitarnya selama 1961-2010. Curah hujan ekstrem juga dipicu peningkatan konsentrasi nitrogen oksida, sulfur oksida, dan partikel debu – emisi dari pembakaran bahan bakar fossil – di kawasan ini selama 1986-2012.

Bagaimana mencegahnya?
Joko menyatakan heat islands dapat diredam dengan cara mengurangi aktivitas manusia. Misalnya dengan mengurangi penggunaan bahan bakar minyak dari transportasi pribadi, ataupun menggunakan listrik dari energi terbarukan.

Pemerintah juga dapat memperbaiki perencanaan tata kota untuk mengurangi risiko panas yang terperangkap di suatu kawasan. Penambahan ruang terbuka hijau juga harus menjadi langkah yang segera ditempuh.

“Penggunaan energi, air, pemanfaatan pangan, bisa diefisienkan. Kalau tiga hal tersebut bisa diefisienkan atau dikurangi, kondisi dunia relatif lebih baik, terutama untuk meningkatkan kenyamanan hidup di kawasan perkotaan,” tutur Joko.

The Conversation

Baca Juga: Peringatan Dini dari BMKG: Masyarakat Jawa Tengah Diminta Waspadai Cuaca Ekstrem pada 19-21 Mei

Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI