Sedikit bercerita tentang back packer ini, kata dia, rute yang dilalui ketika di India dan Pakistan semuanya menggunakan jalur darat, dengan jarak ribuan kilometer, melewati jalan pengunungan curam Himalaya berpindah dari satu kota ke kota lainnya.
"Dan tentu ini menjadi pengalaman yang sangat mahal, karena sebelumnya hanya bisa melihat di beranda medsos akan tetapi kini bisa merasakannya secara langsung," cetusnya.
Untuk setiap siswa selama mengikuti program Backpacker diwajibkan untuk membuat minimal 1 buku dan vlog yang wajib mereka upload ke akun Instagram. Tentunya, dengan menjadi seorang vloger membutuhkan mental dan jiwa besar agar berani untuk menyampaikan hal-hal baru di depan kamera dengan tantangan akan di lihat oleh banyak orang.
"Alhamdulillah saat ini IDN Backpacker memasuki negara ke tiga yaitu Saudi Arabia dan saat ini semua siswa sedang fokus ibadah umrah dan i'tikaf di area Masjidil Haram. Tentu ini menjadi momen yang sangat mahal berhubung ke Makkah adalah cita-cita besar umat muslim di seluruh dunia. Setelah dari Saudi ini kami akan melanjurkan perjalan pindah negara ke Yordania melalui jalur darat," ungkapnya.
Salah seorang siswa yang mengikuti program kegiatan Backpacker, Athalla Dienegoro, siswa jurusan Rekayasa Perangkat Lunak (RPL) mengaku mendapat pengalaman baru dari back packer keliling negara ini. Bahkan, back paker ini mengasal bekal kemampuan yang dimilikinya.
"Ini adalah program bagus yang dapat membangun mental dan karakter, terlebih negara yang kami lalui sangat seru.. di antaranya India dan Pakistan yang mempunyai sensasi tersendiri, bahkan kami bangga karena seusia kami sudah bisa pergi mandiri ke luar negeri untuk mencari pengalaman hidup," tuturnya.
Sekolah IDN Boarding School sendiri memiliki jargon 'Jago IT, Pintar Ngaji', kemahiran siswa santri SMK IDN sendiri sudah santer di tanah air. Selain menjadi santri penghafal Alquran, siswa SMK dan siswa SMP di sana sudah mahir mengoprasikan prangkat dan sistem jaringan komputer. Bahkan, saking mahirnya mereka mengajar kepada guru-guru IT dari sekolah lain yang datang ke sekolah ini.
Mereka juga digolongkan sebagai pratiksi cilik yang kemampuannya sama dengan sarjarna IT. Dereta prestasi pernah ditorehkan siswa di sekolah ini. Seperti memperoleh sertifikat Cisco Certified Network Associate (CCNA). Yang umumnya, dikantongi pekerja bernotaben Sarjana dan Magister dan siswa disini pernah menjadi IT termuda diajang Asian Games.
Atau peraih MTCINE (MikroTIk Certified Internetworking Engineer) adalah level tertinggi dari Kelas MikroTIk. Kelas ini terutama dibutuhkan oleh praktisi/professional di bidang ISP (atau NAP). Dan saat ini menjadi pemilik sertifikat Mikrotik MTCINE Termuda di Dunia ada di sekolah ini.
Baca Juga: Begini Cara Perusahaan BUMN Tingkatkan Inklusi Digital
Di usia remaja belia mereka juga mampu membuat robot lengkap dengan arduino dan Internet of Things atau IOT. Robot ini berfungai sebagai pengendalian smart home. Di mana Internet of Things (iot) merupakan salah satu bagian dari roadmap pemerintah oleh kementrian perindustrian dalam menuju kesiapan era industri 4.0. Pada medio 2018 siswanya, direkrut menjasi tenaga IT termuda di perhelatan Asian Games 2018.