Suara.com - Mitos ilmiah sering kali hidup lebih lama dari fakta. Contohnya? Klaim bahwa orang Eskimo punya ribuan kata untuk salju atau keyakinan "kita hanya menggunakan 10% dari otak kita." Meski menarik, kedua pernyataan itu tak lebih dari mitos belaka.
Kesalahpahaman serupa juga sering menyelimuti pengetahuan kita tentang Bulan. Banyak yang percaya bahwa Bulan sepenuhnya hampa udara, tanpa atmosfer sama sekali. Tapi, apakah benar demikian?
Faktanya, Bulan memang memiliki atmosfer, meski sangat tipis dan jauh berbeda dari atmosfer Bumi. Atmosfer ini, disebut eksosfer, terdiri dari partikel-partikel gas yang jumlahnya sangat kecil sehingga nyaris tidak terasa.
Komposisinya mencakup helium, neon, hidrogen, dan jejak oksigen—tapi jangan berharap bisa bernapas di sana.
Mengutip scienceabc.com, eksosfer Bulan begitu tipis hingga tidak mampu mendukung kehidupan seperti yang kita kenal. Bahkan, atmosfer ini tidak cukup untuk menahan radiasi matahari atau membentuk langit biru seperti di Bumi.
Namun, keberadaan eksosfer tetap menjadi bukti bahwa Bulan bukanlah tempat sepenuhnya "kosong."
Jadi, lain kali ketika mendengar klaim tentang Bulan yang tanpa atmosfer, Anda tahu jawabannya: bukan tidak ada, hanya saja sangat berbeda dari apa yang kita bayangkan.
Fakta ilmiah memang sering lebih menarik daripada mitos!
Bagaimana Atmosfer Terbentuk?
Baca Juga: 5 Penemuan Luar Angkasa Ini Sulit Dijelaskan Ilmuwan
Atmosfer hanyalah ramuan dari berbagai gas. Awalnya, atmosfer asli di alam semesta hanya terdiri dari atom hidrogen dan helium, karena ini adalah gas yang paling melimpah di piringan berdebu di sekitar Matahari tempat terbentuknya planet-planet.
Kontributor utama lainnya adalah materi yang terakumulasi di kedalaman planet itu sendiri. Misalnya, sejumlah besar nitrogen di lingkungan bumi merupakan hasil reaksi antara sinar matahari dan amonia, yang dihasilkan oleh gunung berapi yang ganas sekitar ratusan juta tahun yang lalu.
Molekul-molekul gas ini berkeliaran dan lepas ke luar angkasa, namun sebagian besarnya tertahan oleh tarikan gravitasi planet. Inilah sebabnya mengapa planet besar seperti Jupiter, Saturnus, dan Neptunus memiliki atmosfer yang lebih tebal.
Massa atom hidrogen dan helium yang rendah dan kecepatan tinggi memungkinkan mereka melepaskan diri dari tarikan gravitasi kita dan melayang ke luar angkasa.
Namun, daya tarik planet-planet yang lebih besar begitu kuat sehingga, meskipun sifatnya sulit dipahami, mereka masih terjebak di atmosfer lain — komposisi atmosfer Saturnus dan Yupiter masih mengandung banyak hidrogen dan helium.
Pertanyaan apakah suatu planet dapat menampung kehidupan tergantung pada ketebalan atau kepadatan atmosfer dan jumlah gas yang tepat.