Samsung Pede Tarif Impor Donald Trump Tak Pengaruhi Produknya

Dicky Prastya Suara.Com
Senin, 07 April 2025 | 18:39 WIB
Samsung Pede Tarif Impor Donald Trump Tak Pengaruhi Produknya
Kantor Samsung. [Unsplash/Babak Habibi]

Suara.com - Samsung Pede Tarif Impor Donald Trump Tak Pengaruhi Produknya

Samsung Electronics mengaku kalau kebijakan Presiden Amerika Serikat Donald Trump soal tarif impor tidak berpengaruh ke bisnis produk televisi.

President of the Visual Display Business Samsung, Yong Seok-woo beralasan kalau sebagian besar produk TV yang dijual ke Amerika Utara diproduksi di Meksiko.

Meksiko sendiri adalah negara yang lolos dari kebijakan tarif impor Donald Trump, dengan nilai minimal 10 persen, sebagaimana dilansir dari Times of India, Minggu (7/4/2025).

Gedung Putih menyatakan kalau tarif dasar 10 persen tidak berlaku ke negara seperti Kanada dan Meksiko. Sebab keduanya sendiri telah menjadi target sasaran selama masa kepemimpinan Presiden AS Donald Trump.

Sebagai gantinya, Pemerintah AS akan menangani kedua negara itu lewat kerangka kerja yang ditetapkan dalam perintah eksekutif Trump sebelumnya.

Kerja sama baru ini menjadi bagian dari upaya Pemerintah Trump untuk mengatasi masuknya obat fentanil ke AS hingga masalah perbatasan negara.

Di sisi lain, China yang juga menjadi negara tempat produksi TV Samsung akan dikenai tarif impor AS sebesar 34 persen. Ini menambah nilai 20 persen yang sebelumnya dikenakan awal tahun ini, sehingga total tarif impor baru menjadi 54 persen.

Samsung tetap waspada

Baca Juga: DPR Akui Kekosongan Dubes Indonesia di AS Berdampak, Tapi Soal Tarif Menteri yang Harus Negosiasi

Kendati begitu, Samsung mengaku tetap bersikap hati-hati dengan kondisi pasar. Perusahaan asal Korea Selatan itu bakal terus mengamati perubahan kebijakan tarif AS.

Yong Seok-woo menyebut kalau kebijakan tarif impor Trump ini bakal berpengaruh ke semua negara di seluruh dunia. Maka dari itu ia berencana untuk mengalokasikan produksi ke sekitar 10 basis produksinya di seluruh dunia.

Samsung juga bersiap menghadapi dampak tarif impor AS pada bisnis unggulannya yang lain seperti chip dan smartphone. Mereka sendiri memiliki basis manufaktur yang besar di Vietnam, di mana negara itu juga terdampak besar pada tarif impor Trump.

Lebih lagi, pabrik Samsung di Vietnam itu juga menyumbang nilai ekspor sekitar 55 miliar Dolar AS atau Rp 922,9 triliun.

"Samsung akan merasa lebih baik mengirim dari India dengan bea masuk sebesar 26 persen daripada mengekspor dari Vietnam. Meskipun ini akan menjadi tindakan sementara hingga Pemerintah Vietnam bernegosiasi dengan AS. Ini menambah banyak hal penting bagi Make in India," kata pejabat Samsung.

Adapun pabrik Samsung yang berada di Noida, India, memang dilibatkan dalam membuat ponsel pintar seperti Samsung Galaxy S25 hingga smartphone lipat Samsung Galaxy Z Fold.

Tapi Vietnam sendiri juga sudah mengusulkan bea masuk nol untuk ekspor AS.

Apple terancam tarif impor Trump

Kebijakan baru Presiden Amerika Serikat Donald Trump soal tarif impor bakal berdampak ke kenaikan harga iPhone. Analis menyebut kalau Apple bisa saja membuat iPhone makin mahal hingga 3.500 Dolar AS atau sekitar Rp 57 juta.

Alasannya, kenaikan harga iPhone ini bisa terjadi apabila Apple mengalihkan produksi ponselnya ke AS. Itu artinya, harga iPhone tersebut sama saja dengan Apple Vision Pro, headset VR/AR yang baru saja diluncurkan Apple sekaligus menjadi salah satu perangkat mahalnya.

Hal ini dinyatakan oleh Dan Ives selaku Analis dari Wedbush Securities. Ia menjelaskan kalau harga itu berlaku jika produksi iPhone dialihkan Apple dari China ke AS.

"Jika Anda menginginkan iPhone seharga 3.500 Dolar AS, kami harus membuatnya di New Jersey, kami harus membuatnya di Texas. Jika Anda menyukai iPhone seharga 1.000 Dolar AS (sekitar Rp 16,5 juta), Anda membuatnya di China," ungkap Ives dalam wawancara di Bloomberg TV, dikutip dari The Standard, Minggu (6/4/2025).

Apple sendiri menjadi salah satu perusahaan teknologi yang paling terpukul usai Trump mengumumkan kebijakan baru tarif impor. Harga sahamnya anjlok lebih dari 9 persen pada Kamis lalu.

Pergerakan saham Apple juga melampaui penurunan 6 persen untuk Nasdaq yang merupakan perusahaan teknologi.

Alasan di balik penurunan harga saham ini yakni rantai pasokan Apple menjadikannya target utama tarif impor Trump.

Untuk diketahui, Apple memang merancang produknya di California, Amerika Serikat. Tetapi perusahaan itu justru mendapatkan komponen perangkat dari seluruh Asia, di mana pusat manufaktur utama Apple berada di China, Vietnam, India, dan Thailand.

Apple sendiri telah berupaya untuk mendiversifikasi rantai pasokannya guna mengurangi ketergantungan pada China. Tetapi putaran tarif global terbaru Trump menempatkannya langsung pada sasaran.

Apple juga bakal menghadapi pilihan sulit. Di satu sisi mereka bisa menanggung biaya tarif impor demi menjaga harga iPhone tetap stabil.

Tapi di sisi lain, perusahaan harus mengorbankan pendapatan, pertumbuhan, hingga efek merugikan lainnya terhadap harga saham.

Pada gilirannya, Apple mau tak mau bakal memiliki sedikit modal untuk penelitian dan pengembangan. Efeknya, Apple bisa saja kalah saing dengan para kompetitor, khususnya perusahaan HP China, terkait inovasi produk.

Pendapat lain dari analis mengatakan Apple mungkin memilih opsi lain untuk membebankan biaya lebih kepada konsumen dengan menaikkan harga iPhone dalam jangka pendek. Ini juga sekaligus upaya untuk menguji loyalitas pelanggan.

Analis dari Rosenblatt Securities mengatakan bahwa Apple mungkin harus menaikkan harga di seluruh rangkaian produknya sebesar 17 hingga 18 persen.

Jika itu terjadi, maka iPhone 16 basic yang diluncurkan dengan harga 799 Poundsterling (Rp 17 juta) bisa naik hingga 23 persen menjadi 1.142 Poundsterling atau sekitar Rp 24,3 juta.

Sedangkan iPhone 16 Pro Max varian 1TB juga bisa naik harga dari yang awalnya 1.599 Poundsterling (Rp 34,1 juta) menjadi 2.300 Poundsterling (Rp 49,1 juta).

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI