Suara.com - Kemiri, yang selama ini dikenal sebagai bumbu dapur tradisional, kini mulai dilirik sebagai sumber energi terbarukan yang potensial.
Tidak tanggung-tanggung, tanaman yang banyak tumbuh di Sulawesi dan berbagai daerah tropis ini tengah dikembangkan.
Sebagai bahan bakar pesawat terbang. Sebuah terobosan yang digagas melalui kerja sama riset antara Universitas Hasanuddin (Unhas) dan University of Hawai‘i.
Kolaborasi ini terjalin dalam kunjungan delegasi University of Hawai‘i ke Kampus Unhas Tamalanrea, Makassar, pada Kamis (17/04).
Mereka adalah Prof. Scott Q. Turn, dari Hawaii Natural Energy Institute, dan Dr. Darshi Banan, postdoctoral researcher, yang didampingi oleh peneliti Indonesia, Dr. Wendy Aritenang.
Kunjungan ini diterima langsung oleh Rektor Unhas, Prof. Jamaluddin Jompa.
Dalam sambutannya, Prof. JJ - sapaan Jamaluddin Jompa - menegaskan bahwa kerja sama ini merupakan bentuk nyata kontribusi perguruan tinggi.
Dalam mendukung riset energi terbarukan, khususnya untuk sektor transportasi udara yang dikenal sebagai penyumbang emisi karbon cukup tinggi.
“Unhas sangat menyambut baik kerja sama ini. Kami yakin riset ini akan memperkaya pengembangan teknologi dan memberi dampak positif terhadap lingkungan dan masyarakat,” ujar JJ.
Baca Juga: Riset Lazada: Baru 42 Persen Orang Indonesia Pakai AI untuk Jualan Online
Kemiri memiliki karakteristik yang menjanjikan sebagai bahan baku Sustainable Aviation Fuel (SAF) atau bahan bakar berkelanjutan untuk penerbangan.