suara hijau

Kemiri Jadi Bahan Bakar Pesawat: Energi Ramah Lingkungan dari Alam Indonesia

Muhammad Yunus Suara.Com
Kamis, 17 April 2025 | 18:11 WIB
Kemiri Jadi Bahan Bakar Pesawat: Energi Ramah Lingkungan dari Alam Indonesia
Biji kemiri. Unhas dan University of Hawai‘i kerja sama riset pada bidang komoditas kemiri untuk bahan bakar pesawat terbang, Kamis 17 April 2025 [Suara.com/Muhammad Yunus]

Suara.com - Kemiri, yang selama ini dikenal sebagai bumbu dapur tradisional, kini mulai dilirik sebagai sumber energi terbarukan yang potensial.

Tidak tanggung-tanggung, tanaman yang banyak tumbuh di Sulawesi dan berbagai daerah tropis ini tengah dikembangkan.

Sebagai bahan bakar pesawat terbang. Sebuah terobosan yang digagas melalui kerja sama riset antara Universitas Hasanuddin (Unhas) dan University of Hawai‘i.

Kolaborasi ini terjalin dalam kunjungan delegasi University of Hawai‘i ke Kampus Unhas Tamalanrea, Makassar, pada Kamis (17/04).

Mereka adalah Prof. Scott Q. Turn, dari Hawaii Natural Energy Institute, dan Dr. Darshi Banan, postdoctoral researcher, yang didampingi oleh peneliti Indonesia, Dr. Wendy Aritenang.

Kunjungan ini diterima langsung oleh Rektor Unhas, Prof. Jamaluddin Jompa.

Dalam sambutannya, Prof. JJ - sapaan Jamaluddin Jompa - menegaskan bahwa kerja sama ini merupakan bentuk nyata kontribusi perguruan tinggi.

Dalam mendukung riset energi terbarukan, khususnya untuk sektor transportasi udara yang dikenal sebagai penyumbang emisi karbon cukup tinggi.

“Unhas sangat menyambut baik kerja sama ini. Kami yakin riset ini akan memperkaya pengembangan teknologi dan memberi dampak positif terhadap lingkungan dan masyarakat,” ujar JJ.

Baca Juga: Riset Lazada: Baru 42 Persen Orang Indonesia Pakai AI untuk Jualan Online

Kemiri memiliki karakteristik yang menjanjikan sebagai bahan baku Sustainable Aviation Fuel (SAF) atau bahan bakar berkelanjutan untuk penerbangan.

Rektor Universitas Hasanuddin Prof. Jamaluddin Jompa, menerima kunjungan delegasi dari University of Hawai‘i. Mempererat kerja sama riset pada bidang komoditas kemiri di Ruang Rektor, Lantai 8 Gedung Rektorat, Kampus Unhas Tamalanrea, Makassar, Kamis 17 April 2025 [SuaraSulsel.id/Humas Unhas]
Rektor Universitas Hasanuddin Prof. Jamaluddin Jompa, menerima kunjungan delegasi dari University of Hawai‘i. Mempererat kerja sama riset pada bidang komoditas kemiri di Ruang Rektor, Lantai 8 Gedung Rektorat, Kampus Unhas Tamalanrea, Makassar, Kamis 17 April 2025 [SuaraSulsel.id/Humas Unhas]

Dari bijinya, kemiri menghasilkan minyak nabati yang dapat dikonversi menjadi bioavtur—bahan bakar alternatif pengganti avtur konvensional.

Bahan bakar jenis ini mampu mengurangi emisi gas rumah kaca secara signifikan. Sejalan dengan tren global yang semakin mendorong pengurangan emisi karbon di sektor penerbangan.

Menurut Prof. Scott Q. Turn, pengembangan SAF dari kemiri bukan hanya soal efisiensi energi. Tapi juga tentang keberlanjutan dan kemandirian energi lokal.

“Di Hawaii, kami sudah memulai produksi bahan bakar pesawat dari bahan lokal. Potensi kemiri di Sulawesi sangat besar. Ini bisa menjadi solusi nyata bagi pengurangan emisi dan peningkatan ekonomi masyarakat,” jelas Prof. Turn.

Lebih lanjut, Wendy Aritenang menambahkan bahwa kemiri dapat tumbuh di lahan marginal, tidak bersaing dengan tanaman pangan, dan memiliki siklus hidup yang panjang.

Selain menghasilkan minyak, pohon kemiri juga berperan dalam konservasi tanah dan air, serta menyumbang nilai ekosistem lainnya.

“Ini bukan hanya soal bahan bakar. Ini tentang bagaimana kita menyatukan sektor pertanian, kehutanan, dan energi terbarukan. Kemiri bisa menjadi komoditas strategis nasional,” ujar Wendy.

Diskusi antara Unhas dan delegasi University of Hawai‘i pun mengarah pada langkah konkret. Salah satunya adalah rencana penanaman kemiri di kawasan hutan pendidikan Unhas sebagai tahap awal implementasi.

Diikuti dengan penyusunan strategi riset lanjutan dan penyelarasan kebijakan agar hasil riset dapat langsung diterapkan di lapangan.

Riset ini bukan hanya membuka peluang baru dalam dunia energi, tetapi juga menjadi jembatan antara ilmu pengetahuan dan kesejahteraan masyarakat.

Dengan mendorong komoditas lokal seperti kemiri ke panggung global, Indonesia bisa membuktikan bahwa solusi hijau untuk masa depan bisa dimulai dari tanah sendiri.

Kemiri bukan lagi sekadar bumbu dapur—ia bisa menjadi bahan bakar harapan untuk langit yang lebih bersih dan masa depan energi yang berkelanjutan.

Pohon kemiri (Aleurites moluccanus) adalah pohon tropis yang tumbuh cepat dan dapat mencapai tinggi 15–25 meter.

Karakteristik utamanya:

-Daun: Berbentuk lebar seperti hati atau menjari, berwarna hijau tua.

-Buah: Bulat dan keras, berisi biji yang kaya minyak (kemiri).

-Biji: Mengandung 60–70% minyak nabati, cocok untuk bahan bakar, kosmetik, dan makanan (setelah diproses).

-Tumbuh di lahan marginal: Dapat hidup di tanah kurang subur dan tahan terhadap kekeringan.

-Sifat ekologis: Membantu konservasi tanah, cocok untuk reboisasi dan agroforestri.

Pohon ini ramah lingkungan dan bernilai ekonomi tinggi, terutama sebagai sumber bahan bakar nabati.

Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI