"Kalau investasi, apalagi dilihat TKDN tadi ya, pastinya akan ada perubahan kalau misalnya regulasinya diubah. Kalau misalnya TKDN diturunkan ya, pasti investasi kita ya kurang ke Indonesia.
Karena tidak perlu banyak lagi kerja sama dengan produksi lokal, tidak perlu lagi perakitan di dalam negeri, ya pasti kurang di Indonesia," jelasnya.
Dia menjelaskan system kerja sama Asus Indonesia selama ini dalam memenuhi TKDN yang ditetapkan pemerintah Indonesia.
"Sebenarnya kemarin kita bekerja sama dengan produksi lokal untuk merakit laptop atau desktop kita di Batam, kita juga bekerja sama dengan produksi lokal yang bikin charger, bikin kabel, bikin tas laptop, itu sebenarnya kerja samanya sudah berjalan," ungkapnya.
Dari penjelasan Firman terungkap, jika dihitung impor langsung dari China akan jauh lebih murah.
"Tas laptop kita, tas laptop Asus misalnya yang biasa orang pakai, itu kalau misalnya impor dari China jauh lebih murah daripada kita bekerja sama dengan produksi lokal," katanya.
![Muhammad Firman, Head of Public Relations ASUS Indonesia, di Jakarta, Kamis (17/4/2025). [Suara.com/Dythia]](https://media.suara.com/pictures/653x366/2025/04/18/60581-muhammad-firman-head-of-public-relations-asus-indonesia.jpg)
Tidak hanya China, Asus Indonesia juga sempat menggandeng Jepang untuk bekerja sama.
"Kemarin itu kita bekerja sama dengan produksi dari Jepang untuk tas laptop Asus. Harganya nggak bisa bersaing dengan produksi China," imbuh dia.
Firman juga menjelaskan apa yang akan menjadi dampak jika fleksibilitas TKDN benar-benar diterapkan pemerintah, terhadap tenaga kerja Indonesia.
Baca Juga: Deretan Laptop Asus Ini Rusak di 114 Negara Bisa Ganti Sparepart Gratis
"Di Batam kalau nggak salah ada 500 orang yang khusus untuk produksi Asus, mulai dari smartphone, laptop, desktop. Bakal hilang, walaupun nggak hilang semua, berkurang pasti," ujarnya.