Suara.com - Firma riset International Data Corporation (IDC) baru saja merilis data pengiriman smartphone di pasar global. Dalam daftar lima besar, Samsung memuncaki merek HP terlaris di pasar internasional pada kuartal kedua 2025 (periode April, Mei, Juni).
Menurut data IDC Worldwide Quarterly Mobile Phone Tracker, pengiriman smartphone meningkat 1 persen year-on-year (YoY) menjadi 295,2 juta unit pada kuartal kedua.
Meski mencetak pertumbuhan positif, namun tantangan ekonomi makro telah menurunkan permintaan. Mengutip laman resmi IDC, konsumen global nampak mengurangi prioritas belanja untuk ponsel pintar, terutama di segmen kelas bawah.
Hal tersebut disebabkan oleh ketidakstabilan mata uang, pengangguran, dan inflasi di berbagai wilayah. Berdasarkan data IDC, lima besar merek HP terlaris di pasar global pada Q2 2025 mencakup Samsung, Apple, Xiaomi, Vivo, dan Transsion.
Sebagai informasi, Transsion adalah perusahaan induk yang menaungi merek seperti Infinix, Itel, dan Tecno. Samsung menjadi HP terlaris Q2 2025 setelah mengirimkan 58 juta unit smartphone.

Raksasa teknologi Korsel ini menguasai pangsa pasar 19,7 persen. Galaxy A36 dan A56 berhasil mendongkrak penjualan Samsung. Apple berada di tempat kedua dengan pengiriman 46,4 juta unit iPhone.
Perusahaan yang berbasis di Cupertino tersebut meraih pangsa pasar 15,7 persen. Xiaomi berada di peringkat ketiga dengan pengiriman 42,4 juta unit dan pangsa pasar 14,4 persen.
Vivo dan Transsion masing-masing meraih pangsa pasar 9,2 serta 8,5 persen. Pengiriman kedua merek ponsel asal China tersebut juga bersaing ketat, yaitu 27,1 juta serta 25,1 juta unit.
Dari daftar lima besar, hanya Samsung dan Vivo yang mengalami pertumbuhan pasar signifikan. Berikut 5 merek HP terlaris di pasar internasional pada kuartal kedua 2025 (Q2 2025):
Baca Juga: 5 Rekomendasi HP Samsung Seri A dengan NFC Mulai Rp2 Jutaan, Lancar Buat Top Up E-Money
- Samsung (pengiriman 58,0 juta unit)
- Apple (46,4 juta unit)
- Xiaomi (42,5 juta unit)
- Vivo (27,1 juta unit)
- Transsion (25,1 juta unit)
Meskipun laporan triwulanan terbaru dari IDC menunjukkan bahwa pasar ponsel pintar global masih positif, pertumbuhannya tetap melambat.

Berbagai faktor ekonomi makro, termasuk ketidakpastian tarif perdagangan, fluktuasi nilai tukar mata uang asing, angka pengangguran, dan inflasi di beberapa negara, telah mengurangi minat konsumen untuk membeli ponsel pintar.
Konsumen kini cenderung memprioritaskan pengeluaran lain, terutama untuk ponsel Android kelas bawah, yang pada akhirnya menekan pertumbuhan pasar global secara keseluruhan.
Situasi tersebut diperparah dengan penurunan permintaan di China pada kuartal kedua tahun 2025; bahkan subsidi yang diberikan pemerintah tidak mampu mendorong penjualan sesuai target.
"Ketidakpastian ekonomi cenderung menekan permintaan di pasar kelas bawah, tempat sensitivitas harga paling tinggi. Akibatnya, Android kelas bawah mengalami krisis yang membebani pertumbuhan pasar secara keseluruhan. Selain itu, kinerja yang lebih rendah dari perkiraan di China juga berkontribusi pada pertumbuhan global yang datar. Pasar China menurun pada Q2 karena subsidi gagal merangsang permintaan. Meskipun festival e-commerce 618 sukses dalam hal penjualan, OEM dan mitra saluran menggunakan promosi tersebut untuk membersihkan inventaris daripada meningkatkan pengiriman," kata Nabila Popal selaku Direktur Riset Senior IDC Worldwide Client Devices.