Rahasia Katak: Bernapas dan Minum Lewat Kulit

Ruth Meliana Suara.Com
Jum'at, 14 November 2025 | 09:05 WIB
Rahasia Katak: Bernapas dan Minum Lewat Kulit
Katak punya kemampuan luar biasa: mereka bisa bernapas dan minum lewat kulit (Pexels)

Suara.com - Siapa sangka, di balik tubuh kecil dan kulit licinnya, katak punya kemampuan luar biasa: mereka bisa bernapas dan minum lewat kulit! Hal ini membuat hewan amfibi tersebut sangat berbeda dari manusia maupun hewan darat lainnya.

Laporan Live Science mengungkap bagaimana keunikan ini menjadi kunci bertahan hidup bagi katak di berbagai habitat, dari kolam air tawar hingga gurun kering.

Menurut Christopher Raxworthy, kurator sekaligus ahli herpetologi di American Museum of Natural History, kulit katak punya struktur yang sangat kompleks. Kulitnya tipis, dipenuhi kelenjar lendir untuk menjaga kelembapan, serta memiliki pori-pori halus yang memungkinkan oksigen dan air menembus masuk.

“Kulit mereka dirancang untuk memungkinkan oksigen masuk sekaligus menyerap air,” ujar Raxworthy seperti dilansir dari Live Science pada Jumat, 14 September 2025.

Di bawah permukaan kulit, terdapat jaringan pembuluh darah kecil yang berfungsi seperti paru-paru mini. Melalui proses yang disebut cutaneous respiration, oksigen langsung diserap dari air atau udara, sementara karbon dioksida dilepaskan.

Kurt Schwenk, ahli biologi evolusi dari University of Connecticut, menjelaskan bahwa sistem ini “hampir identik dengan cara kerja paru-paru.”

Menariknya, meski katak juga memiliki paru-paru dan bisa bernapas lewat rongga mulut, sistem pernapasan kulitlah yang memungkinkan mereka bertahan lama di bawah air atau saat berhibernasi di musim dingin. “Selama kulit mereka lembab dan memiliki pembuluh darah, pertukaran gas dan air akan terjadi otomatis,” tambah Schwenk.

Namun, tidak semua katak sepenuhnya bergantung pada sistem ini. Beberapa spesies yang hidup di lingkungan kering lebih mengandalkan metode khusus untuk mempertahankan air.

Contohnya, katak trilling dan water-holding frog dari gurun Australia mampu menyerap air sebanyak mungkin saat musim hujan tiba. Setelah itu, mereka mengubur diri dalam tanah dan menutup tubuh dengan lapisan lendir tambahan agar bisa bertahan dari kekeringan berbulan-bulan—bahkan hingga bertahun-tahun—sampai hujan datang kembali.

Baca Juga: Astronom Temukan Sinyal Radio dari Komet 3I/ATLAS, Tapi Bukan dari Alien

Selain bernapas, kulit katak juga berfungsi sebagai “mulut” untuk minum. Air diserap melalui area khusus di bagian bawah tubuh yang disebut drinking patch, tempat pembuluh darah terkonsentrasi lebih banyak.

“Air masuk ke ruang-ruang kecil di kulit, lalu menembus membran sel hingga mencapai aliran darah,” kata Schwenk. Cara ini memungkinkan katak tetap terhidrasi tanpa harus meneguk air seperti hewan lain.

Namun dibalik keunikannya, kulit katak yang sangat permeabel justru menjadi sumber kerentanan. Karena mudah menyerap zat dari lingkungan, katak sangat sensitif terhadap polusi kimia, pestisida, dan mikroplastik.

Perubahan iklim juga menambah ancaman baru. Pemanasan global dan kekeringan ekstrim bisa membuat habitat lembab mereka semakin menyusut, terutama di hutan Amazon serta hutan Atlantik di Brasil, Argentina, dan Paraguay.

“Amfibi adalah kelompok pertama yang biasanya menunjukkan tanda-tanda penurunan populasi,” ungkap Raxworthy. “Ketika katak mulai menghilang, itu pertanda ada masalah besar di ekosistem.”

Sebab, peran katak sangat penting: mereka memangsa serangga dalam jumlah besar dan sekaligus menjadi santapan bagi ular serta burung. Hilangnya katak bisa memicu ketidakseimbangan rantai makanan yang luas.

×
Zoomed

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI