"Tidak bisa kita biarkan mereka bekerja satu per satu seperempat hektare, 0,3 hektare, tidak mungkin. Percaya kepada saya, harus mulai pemikiran-pemikiran besar ke arah itu," katanya.
Presiden berharap ada langkah total untuk mengubah paradigma, sehingga petani harus memiliki dari hulu sampai hilir.
"Proses itu harus kita siapkan. Korporasi itu harus kita siapkan. Saya memiliki keyakinan IPB memiliki kemampuan untuk menyiapkan petani-petani kita ke arah itu," katanya.
Dalam hal korporasi petani ini, Jokowi mengungkapkan di Sukabumi, Jawa Barat, sudah menerapkannya dan bisa diterapkan di daerah lainnya.
"Minggu lalu saya ke Sukabumi, untuk cari contoh korporasi petani. Ternyata ada di Sukabumi. Yang namanya PT BUMR Pangan, koperasinya Arohmah, ini adalah korporasi petani," ujarnya.
Jokowi menjelaskan bahwa yang dikorporasikan atau yang digabungkan bukan tanah yang ada, tetapi petani-petaninya.
"Saya lihat di sana aplikasi untuk berproduksi sudah diatur, sirkulasi tiap hari ada panen terus, dengan penggunaan bibit berbeda-beda, karena tiap musim benihnya berbeda," ujarnya.
Presiden juga menyebut sudah digunakan proses penggilingan padi secara modern, dimana ada proses pengeringan dan keluar sudah dalam bentuk "packaging" yang bagus.
Korporasi petani di Sukabumi ini, kata Jokowi, juga memiliki pemasaran secara "online" sehingga hasilnya dengan mudah dipasarkan.
Baca Juga: Menurut Presiden Jokowi, Ini Sebab Petani Indonesia Miskin
"Cara-cara seperti ini yang harus kita intervensi, kalau tidak petani kita sampai kapan pun tidak akan "start" dan meloncat keuntungannya," kata Presiden.
Presiden berharap ini tidak hanya urusan padi saja, tetapi juga untuk tanaman holtikultura juga bisa diterapkan agar nilai tukar petani bisa bertambah. (Antara)