“Ya bagus, artinya kalau itu kita support bagus yang penting kan bagi kita itu hilirisasi. Mengapa kita sepakat dengan hilirisasi itu karena memang ada add value, jadi ada nilai tambah dari kegiatan tambang itu sendiri. Kalau hanya kita menjual raw material umpamanya itu kan nilai tambahnya berkurangnya rugi kita itu banyak terutama dari sisi tenaga kerja dari sisi nilai produk umpamanya kayak nikel,” ungkapnya.
Politisi PKB ini pun mencontohkan kerugian negara saat menjual bahan mentah seperti nikel, dimana negara mengalami kerugian 10 kali lipat saat menjual masih dalam kondisi bahan mentah.
Padahal potensi negara mengalami untung besar jika smelter dibangun di Indonesia, dan ini membuat pemerintah melakukan hilirisasi pertambangan. Selain untung besar, pemerintah juga membuka lapangan kerja baru bagi masyarakat, terkhusus bagi masyarakat dimana pabrik tersebut beroperasi.
“Nikel itu kan kalau dijual raw materialnya 10 kali lipat kerugian kita, seharusnya kita untung 10 kali lipat kalau kita bangun smelter, setidaknya setengah jadi atau memang sudah jadi material yang dibutuhkan oleh industri turunannya. Kalau menurut saya itu jauh lebih menguntungkan, mulai dari penyerapan tenaga kerja, kita akan menggembar-gemborkan soal bonus demografi sebenarnya,” ucap Abdul Wachid.
Lanjut Abdul Wachid mengatakan dengan bonus demografi yang sudah didepan mata, lapangan kerja harus juga tersedia seoptimal mungkin, salah satu dari upaya tersebut ialah mendorong kebijakan industrialisasi.
“Satu sisi bonus demografi ini kan kalau tidak dikelola dengan baik akan menjadi bencana, karena apa angkatan kerjanya tinggi tetapi lapangan kerjanya tidak tersedia itu kan bahaya. Nah langkah menciptakan lapangan kerja tidak ada selain industrialisasi yang bisa menyerap lapangan kerja,” jelasnya.
Abdul Wachid pun mencontohkan beberapa negara maju yang mulai mengutamakan industrialisasi dalam mengelola hasil kekayaan alam mereka, dan mereka sendiri bisa dengan leluasa mengelola semua hasil alam dengan turunannya.
Dia menegaskan industrialisasi dapat membawa Indonesia menjadi negara yang maju kedepan.
“Negara-negara maju itu mengapa bisa maju karena memang mereka berpindah dari tradisional menjadi industrialisasi. Mengapa industrialisasi karena dia bisa mengelola turunan yang lebih baik nilai produknya. Yang kedua produksinya itu jadi gak icrit-icrit (sedikit-sedikit)," paparnya
Baca Juga: Investasi Jutaan Dolar PGN Buat Negara Rugi Triliunan Rupiah?
"Jadi kalau sesuatu itu diproduksi secara masal dia lebih murah biayanya dan hasilnya lebih bagus,” pungkasnya.