“Ketika kemudian terjadi inflasi tinggi maka suku bunga dinaikkan, begitu suku bunga dinaikkan maka produksi akan turun, demand (permintaan) juga akan turun, otomatis inflasi akan turun. Tapi ketika inflasi terlalu rendah, maka bunga juga akan direndahkan supaya demand akan naik. Ilmunya itu,” jelas Menteri Dalam Negeri.
Saat itu, penjelasan itu tidak disetujui Presiden, dan menginstruksikan kepada Mendagri agar menangani inflasi seperti mengatasi wabah pandemi COVID-19.
“Pak Jokowi menyatakan tidak, kita pakai ilmu yang lain, yaitu ilmu COVID-19. Semua seluruh dunia tidak ada yang ahli COVID-19, karena COVID yang terakhir menjadi pandemi adalah pada 1927 artinya 100 tahun lebih,” lanjut Tito Karnavian.
Presiden kemudian memerintahkan Mendagri memetakan per wilayah mulai rumah sakit mana yang penuh, daerah dengan kasus meninggal terbanyak, hingga kasus positif tertinggi dikategorikan merah.
Lantas wilayah di luar kategori itu diberi tanda kuning, dan hijau. Bagi yang kuning bisa bergerak, namun masih ada sejumlah pembatasan sedangkan hijau bisa bergerak bebas.
Kebijakan itu diambil sebagai langkah menyeimbangkan antara penanganan COVID-19 dengan pengendalian ekonomi. Karena ada negara yang kencang dan berhasil menangani COVID-19 namun ekonominya kolaps.
Ilmu itu kemudian yang diminta Kepala Negara untuk diterapkan dalam penanganan inflasi. Presiden juga meminta semua pemangku kepentingan berkumpul setiap daerah dicek dengan menggunakan data Badan Pusat Statistik (BPS).
Melalui mekanisme itu, pengendalian inflasi bisa di angka 2,84 persen dan bahkan pada Mei 2024 pertama kali sejak September 2022, secara bulanan terjadi deflasi yaitu minus 0,03 persen.
“Biasanya makanan, minuman, tembakau selalu merah. Baru Mei 2024, makanan, minuman, tembakau yang selalu merah ini justru deflasi 0,29 persen,” pungkasnya.
Peroleh Julukan Bapak Pengendali Inflasi, Mendagri Tito Karnavian Menyebutkan Ilmu Pandemi COVID-19
RR Ukirsari Manggalani Suara.Com
Sabtu, 08 Juni 2024 | 07:55 WIB

Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News
- 1
- 2
BERITA TERKAIT
Thailand Kecewa: Lembaga Amerika Serikat Mengakui Lompatan Produksi Beras Indonesia
26 April 2025 | 11:33 WIB WIBREKOMENDASI
TERKINI
Bisnis | 10:36 WIB
Bisnis | 10:11 WIB
Bisnis | 10:03 WIB
Bisnis | 09:41 WIB
Bisnis | 08:40 WIB
Bisnis | 08:10 WIB
Bisnis | 07:34 WIB