Jembatan Mahakam I Kembali Ditabrak Tongkang Batu Bara, Insiden ke-23 Sejak Diresmikan

M Nurhadi Suara.Com
Minggu, 27 April 2025 | 09:14 WIB
Jembatan Mahakam I Kembali Ditabrak Tongkang Batu Bara, Insiden ke-23 Sejak Diresmikan
Arsip-Tangkapan layar video amatir kapal tongkang batu bara yang menabrak Jembatan Mahakam beberapa saat lalu. [Presisi.co]

Suara.com - Jembatan Mahakam I, ikon Kota Samarinda, Kalimantan Timur, kembali mengalami insiden tabrakan dengan kapal tongkang bermuatan batu bara. Peristiwa yang terjadi pada Sabtu (26/4/2025) sekitar pukul 23.30 WITA ini menjadi insiden ke-23 yang menimpa jembatan tersebut sejak diresmikan pada tahun 1986, menimbulkan kekhawatiran serius mengenai keamanan dan ketegasan regulasi terhadap transportasi logistik batu bara.

Kepala Bidang Keselamatan Berlayar, Patroli dan Penjagaan Kantor Kesyahbandaran dan Otoritas Pelabuhan (KSOP) Samarinda, Yudi Kusmiyanto, mengonfirmasi kejadian tersebut.

"Saat ini tim dari Kantor KSOP Samarinda telah berada di lokasi kejadian untuk melakukan peninjauan secara langsung dan berkoordinasi lebih lanjut terkait insiden ini," ujarnya saat dikonfirmasi via Antara di Samarinda pada Minggu (27/4/2025) pagi.

Berdasarkan dugaan kuat dari pihak berwenang, insiden ini disebabkan oleh putusnya tali penarik (towing) pada tongkang batu bara tersebut. Akibatnya, ponton bermuatan batu bara terlepas dari kendali dan terbawa kuatnya arus Sungai Mahakam hingga akhirnya menghantam bagian fender bulat yang berada di pilar keempat (P4) jembatan.

Benturan keras tersebut mengakibatkan kerusakan pada area safety fender, yang memiliki fungsi krusial sebagai pelindung utama pilar jembatan dari benturan kapal. Kerusakan pada fender ini tentu mengurangi kemampuan jembatan untuk menahan dampak benturan di masa mendatang, meningkatkan risiko kerusakan yang lebih parah pada struktur utama.

Pantauan di lapangan pada Minggu pagi menunjukkan kehadiran sejumlah pihak terkait di lokasi kejadian. Dua anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Kalimantan Timur, Abdul Giaz dan Sapto Setyo Pramoni, turut serta dalam peninjauan bersama dengan personel Polisi Air dan Udara (Pol Airud), tim dari KSOP Samarinda, serta pihak-pihak lain yang relevan dengan insiden ini. Kehadiran anggota DPRD menunjukkan perhatian serius dari pihak legislatif terhadap berulangnya insiden yang mengancam infrastruktur penting daerah.

Sebelumnya, informasi mengenai insiden ini telah beredar luas di media sosial warga Samarinda. Laporan dari warganet menyebutkan adanya ponton batu bara yang terlihat hanyut tak terkendali di bawah Jembatan Mahakam sesaat sebelum terdengar suara benturan yang keras pada tengah malam.

Sebagai catatan, insiden tabrakan ini bukanlah yang pertama kali terjadi pada Jembatan Mahakam I. Jembatan yang menjadi urat nadi transportasi di Samarinda ini telah berulang kali menjadi korban kelalaian atau faktor alam yang menyebabkan kapal tongkang menabraknya.

Insiden serupa terakhir tercatat terjadi pada Minggu, 16 Februari 2025 sore, ketika sebuah tongkang bernama Indosukses 28 yang bermuatan kayu sengon kehilangan kendali akibat arus sungai yang deras dan menabrak fender pilar ketiga (P3) jembatan. Akibat insiden tersebut, fender pelindung jembatan dilaporkan mengalami kerusakan serius, bahkan sebagian dilaporkan hilang.

Baca Juga: Arutmin Pacu Produktivitas Pertanian Lewat Penanaman Jagung Serentak

Rentetan insiden tabrakan yang berulang ini telah menimbulkan kekhawatiran yang mendalam di kalangan masyarakat dan pemerintah daerah terkait keamanan dan integritas struktur Jembatan Mahakam I.

Jembatan yang dibangun oleh PT Hutama Karya (Persero) pada tahun 1982 dan diresmikan oleh Presiden Soeharto pada 2 Agustus 1986 ini memiliki panjang 400 meter, lebar 10 meter, dan tinggi lima meter, dengan biaya pembangunan mencapai Rp7,2 miliar pada masanya.

Desain ikoniknya yang terinspirasi arsitektur Belanda dengan konstruksi baja serta dua jalur pejalan kaki di sisinya menjadikannya bukan hanya infrastruktur transportasi, tetapi juga bagian dari sejarah dan identitas Kota Samarinda.

Menyusul insiden tabrakan ke-22 pada Februari 2025, Jembatan Mahakam I sempat ditutup sementara pada 28 Februari 2025 untuk dilakukan investigasi menyeluruh guna memastikan keamanan struktural jembatan. Rekayasa lalu lintas pun diberlakukan dengan mengubah Jembatan Mahakam IV menjadi jalur dua arah untuk mengantisipasi gangguan transportasi.

Pada Maret 2025, tim dari Komisi Keamanan Jembatan dan Terowongan Jalan (KKJTJ) bersama Balai Besar Pelaksana Jalan Nasional (BBPJN) Kalimantan Timur juga telah melakukan uji ketahanan struktur jembatan.

Meskipun hasil sementara menunjukkan bahwa struktur utama jembatan masih aman untuk dilintasi, kerusakan yang terus berulang pada fender menjadi perhatian serius yang memerlukan solusi permanen agar insiden serupa tidak terus terjadi dan mengancam keberlangsungan fungsi jembatan sebagai jalur utama penghubung di Samarinda. Pemerintah daerah dan pihak terkait diharapkan segera mengambil langkah-langkah konkret untuk mengatasi masalah ini demi keselamatan dan kenyamanan masyarakat.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI