Suara.com - Birokrasi ibarat mesin kapal besar, melaju menuju Indonesia Emas. Tentunya lajunya membutuhkan nakhoda sebagai pemimpin visioner dan para pungga kapal yang cakap dan mampu berkolaborasi.
Tanpa karakteristik kepemimpinan yang mumpuni, tentunya kapal akan melambat di tengah kondisi birokrasi Indonesia yang memiliki berbagai tantangan.
Banyak kerja dan program pemerintah yang membutuhkan kolaborasi dan koordinasi lintas sektor baik antara pemerintah dengan sektor swasta (private sector) dalam menghasilkan kebijakan yang adaptif, inklusif, dan berdampak.
Hal tersebut ditegaskan Kepala Lembaga Administrasi Negara, Dr. Muhammad Taufiq, DEA pada pembukaan Pelatihan Kepemimpinan Nasional (PKN) Tingkat I Angkatan LXV kerjasama LAN dengan Tanoto Foundation, di Aula Prof. Agus Dwiyanto.
Muhammad Taufiq menguraikan bahwa para peserta adalah pemimpin yang sudah terbukti efektif di instansi masing-masing.
Maka, pelatihan ini merupakan ajang dalam mengasah kembali dan melakukan transformasi pelayanan yang mengacu pada tema nasional PKN yakni: Pengembangan Kapasitas Kepemimpinan Birokrasi Dalam Mendukung Asta Cita Untuk Mewujudkan Indonesia Maju.
“Tema ini dijabarkan ke dalam Tema Angkatan, serta menjadi benang merah dalam penyusunan agenda pembelajaran, benchmarking, policy brief, hingga proyek perubahan. Semua diarahkan untuk mendukung SDGs, transformasi tata kelola, dan dampak riil bagi masyarakat. yakni: Kepemimpinan Kolaboratif dalam Mendukung Transformasi Ekonomi, Tata Kelola, dan Supremasi Hukum Menuju Indonesia Maju. Hal ini tentunya mengacu kepada arahan Presiden dalam ASTA CITA. Dalam mewujudkan cita-cita Indonesia Maju, tentunya dibutuhkan kolaborasi lintas sector, yang dalam hal ini dilaksanakan, dimana LAN bergandengan dengan Tanoto Foundation melaksanakan pelatihan.” tuturnya.
Terakhir Muhammad Taufiq menguraikan bahwa Pelatihan Kepemimpinan ini merupakan pelatihan unggulan yang telah dijalankan dan sampai tahun 2024 telah menghasilkan 530 alumni yang unggul dan menjadi pemimpin berdampak di berbagai bidang.
Dengan semakin kompleksnya permasalahan birokrasi yang harus bertahan di tengah kemajuan teknologi, maka Pelatihan mengedepankan penggunaan teknologi dengan pendekatan blended learning.
Baca Juga: Brantas Abipraya Dukung Asta Cita Lewat Pembangunan Irigasi di Empat Wilayah Indonesia
Sementara itu, Country Head Tanoto Foundation, Inge Sanitasia Kusuma, mengapresiasi serta bangga menjadi bagian dari lahirnya pemimpin perubahan. Di tengah era yang kian pesat, Inge menguraikan bahwa Tanoto senantiasa siap hadir bagi Indonesia demi memajukan pendidikan berdampak.
“Indonesia saat ini bergerak menuju negara maju, dalam mendukung tujuan itu, dibutuhkan ekonomi yang bertumbuh, tata kelola, supremasi hukum yang saling bersinergi. Ketiga hal tersebut dapat menciptakan pondasi pembangunan SDM Indonesia seperti yang dicita-citakan oleh Presiden Prabowo melalui Asta Cita. Investasi dalam pembangunan SDM ini dipenuhi melalui peningkatan kualitas pendidikan, kesehatan, dan penguatan kepemimpinan yang berkualitas yang menciptakan kualitas kebijakan yang berdampak sebagai elemen kunci keberhasilan suatu bangsa. Maka, dalam hal ini, Tanoto Foundation turut berpartisipasi dalam pelatihan ini karena percaya, PKN adalah media pendidikan para pemimpin yang adaptif, transformatif, visioner, dan berintegritas,” imbuhnya.
Hadir pada kesempatan yang sama, sekaligus membuka pelatihan, Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi (Kemenpan RB), Rini Widyantini yang dalam sambutannya menjabarkan bahwa para peserta pelatihan kepemimpinan adalah connector atau jembatan penghubung antara rasionalitas teknokratik, aspirasi politik, dan kebutuhan masyarakat.
Lebih jauh Menteri Rini menegaskan bahwa para peserta adalah calon-calon pemimpin, penghasil kebijakan di berbagai sektor yang harus mampu membangun sinergi, menjadi inisiator lintas sektor, pemecah sekat birokrasi, memastikan keputusan berbasis data dan bukti (bukan hanya berbasis intuisi), sekaligus penjaga arah dan akuntabilitas kebijakan.
“Peran ini menuntut kepekaan, integritas, serta kecakapan komunikasi yang tinggi untuk mendorong perubahan dari kerja silo menuju sinergi yang menghasilkan dampak nyata bagi masyarakat.” tutupnya.
Sejalan dengan Menpan RB, Menteri Imigrasi dan Pemasyarakatan (Imipas) Republik Indonesia, Agus Andrianto juga mengapresiasi LAN dan Tanoto Foundation serta turut berterima kasih atas komitmen dan dedikasi bagi seluruh peserta.
Dalam sambutannya, Menteri Agus menyampaikan proses pelatihan ini sebagai bentuk komitmen melaksanakan secara penuh program ASTA CITA dalam memperkuat pembangunan sumber daya manusia (SDM, Sains, teknologi, Pendidikan, kesehatan, prestasi olahraga, kesetaraan gender, serta penguatan peran perempuan, pemuda, dan penyandang disabilitas).
“Pelatihan ini bukan sekadar syarat administratif, tetapi momen transformasi kepemimpinan serta membentuk karakter kepemimpinan yang berorientasi solusi. Maka setiap peserta pelatihan hendaknya dapat merancang dan mengimplementasikan proyek perubahan yang relevan dan berdampak nyata untuk melahirkan inovasi. Momen ini menjadi ajang pengembangan semangat berkolaborasi dan terintegrasi serta membangun sensitivitas isu-isu stratgeis nasional.” urainya.
Pelatihan ini diikuti oleh 48 peserta yang berasal dari lintas kementerian/Lembaga dan Kepolisian, serta Daerah dan dilaksanakan selama 114 hari (935 JP).
Selama proses pelatihan LAN akan memastikan bahwa seluruh peserta berhasil di empat aspek yakni: akademik, pembelajaran lapangan, aktualisasi kepemimpinan, serta evaluasi sikap dan perilaku.
Semua proses ini untuk memastikan bahwa hasil dari pelatihan bukan hanya di atas kertas, tapi terasa nyata dalam praktik kepemimpinan.