Apa Itu Scalper? Strategi Andalan Yudo Sadewo Anak Menkeu di Dunia Kripto, Punya Kesan Negatif

Yasinta Rahmawati Suara.Com
Selasa, 09 September 2025 | 18:13 WIB
Apa Itu Scalper? Strategi Andalan Yudo Sadewo Anak Menkeu di Dunia Kripto, Punya Kesan Negatif
Kolase foto Yudo Sadewa. (Instagram)
Baca 10 detik
  • Yudo Sadewa anak Menkeu Purbaya diketahui menggeluti dunia kripto
  • Sering membranding diri sebagai seorang investor dan scalper.
  • Istilah "scalper" erat dengan konotasi negatif. 

Suara.com - Latar belakang Yudo Sadewa mendadak menarik perhatian publik setelah sang ayah, Purbaya Yudhi Sadewa, diangkat menjadi Menteri Keuangan (Menkeu) pada Senin (8/9/2025).

Diketahui Yudo Sadewa sudah cukup dikenal di kalangan komunitas aset digital, di mana ia sering membranding diri sebagai seorang investor dan scalper kripto.

Sebagai seorang trader muda, ia memulai perjalanannya sejak masih duduk di bangku Sekolah Menengah Atas (SMA).

Sosoknya sempat membuat heboh pada tahun 2022 lalu. Saat itu, ia mengklaim berhasil meraup keuntungan ratusan juta rupiah dari aset kripto Shiba Inu, padahal dirinya masih kelas 11 SMA.

Ia juga mengakui telah berinvestasi di berbagai instrumen lain, seperti saham, obligasi, dan forex, serta menginvestasikan Rp100 juta di Binary Option.

Sontak saja latar belakang anak Menkeu yang bergulat di dunia trading pun memicu kontroversi, terlebih perihal dirinya seorang scalper.

"Lu pada cek IG anaknya, deh. Etis atau ngga bapak gawe di bidang finansial, anaknya jadi scalper," komentar salah satu netizen di platform X.

Apa Itu Scalper?

Scalper merupakan trader yang menggunakan strategi scalping, di mana mereka membeli dan menjual aset (seperti saham atau mata uang) dalam waktu yang sangat singkat. Sering kali hanya dalam hitungan detik atau menit.

Baca Juga: 3 Fakta Yudo Sadewa Anak Purbaya Yudhi Sadewa yang Sudah Jadi Miliarder di Usia 18 Tahun

Jadi alih-alih menahan posisi selama berhari-hari atau bahkan berjam-jam, seorang scalper bisa membuka dan menutup puluhan hingga ratusan posisi hanya dalam satu hari sesi perdagangan.

Tujuan utama mereka bukanlah mencari keuntungan besar dari satu transaksi, melainkan mengumpulkan banyak keuntungan kecil yang jika diakumulasi akan menjadi signifikan.

Untuk menjalankan strategi ini, diperlukan eksekusi yang cepat dan fokus yang kuat pada indikator teknikal di grafik waktu yang rendah.

Cap Negatif Scalper

Istilah "scalper" erat dengan konotasi negatif karena sering disamakan dengan calo. Seperti yang diketahui, praktik percaloan terasa tidak adil dan eksploitatif.

Namun secara umum, praktik scalping dalam trading finansial dianggap etis dan legal. Ini adalah strategi perdagangan yang sah, sama seperti day trading atau investasi jangka panjang.

Meskipun secara fundamental etis, ada beberapa aspek dan praktik turunan dari scalping yang bisa masuk ke wilayah abu-abu atau bahkan tidak etis, seperti:

1. Bukan untuk "Kebaikan Bersama": Kritikus berpendapat bahwa scalper tidak memberikan nilai fundamental apa pun. Mereka tidak berinvestasi pada perusahaan untuk membantunya tumbuh. Aktivitas mereka murni spekulatif untuk keuntungan pribadi dan tidak berkontribusi pada ekonomi riil.

2. Potensi Manipulasi Pasar: Di sinilah garis etika menjadi kabur. Beberapa teknik yang digunakan dalam scalping berkecepatan tinggi (High-Frequency Trading atau HFT) bisa bersifat manipulatif.

Contoh praktik yang ilegal dan tidak etis meliputi spoofing dan front-running.

Spoofing adalah menempatkan order besar lalu membatalkannya. Tujuannya hanya untuk "menipu" pasar agar bergerak ke arah tertentu demi mengambil keuntungan dari pergerakan harga yang diciptakan.

Sementara front running adalah menggunakan teknologi super cepat untuk mendeteksi order besar yang masuk dari investor institusional.

Lalu dengan cepat membeli aset tersebut sepersekian detik lebih dulu untuk dijual kembali kepada investor tersebut dengan harga lebih tinggi.

Itulah pengertian dari scalper. Pada dasarnya, scalping adalah sebuah alat atau strategi yang netral. Ia menjadi etis atau tidak tergantung pada bagaimana alat itu digunakan.

Dikatakan sah dan etis jika scalper melakukan secara manual atau dengan bot sederhana, mengikuti aturan pasar, dan berusaha mendapatkan keuntungan dari fluktuasi harga kecil.

Masalah etika baru muncul ketika scalping dilakukan dalam skala masif dengan niat untuk memanipulasi pasar atau mengeksploitasi kelemahan sistemik.

Praktik-praktik inilah yang menjadi target regulator dan mencoreng citra trading berkecepatan tinggi.

×
Zoomed

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI