5 Fakta Krisis Singapura: Harga Sewa Melambung hingga Restoran Tutup

Cesar Uji Tawakal Suara.Com
Senin, 22 September 2025 | 18:18 WIB
5 Fakta Krisis Singapura: Harga Sewa Melambung hingga Restoran Tutup
Ilustrasi bisnis di bidang kuliner. (Unsplash/Nafinia Putra)

Suara.com - Ribuan restoran dan bisnis kuliner di Singapura terpaksa gulung tikar dalam dua tahun terakhir. Fenomena ini mengejutkan banyak orang karena Singapura selama ini dikenal sebagai pusat kuliner kelas dunia.

Dalam setahun terakhir saja, lebih dari 3.000 usaha F&B tutup, termasuk restoran legendaris dan jaringan besar yang sebelumnya dianggap kuat. Lantas, apa penyebab Singapura mengalami krisis?

Untuk lebih jelasnya, simak 5 fakta krisis Singapura yang membuat sektor kuliner ambruk, seperti telah Suara.com rangkum dari The Business Times dan sumber lainnya.

1. Biaya Sewa yang Melejit Tak Terkendali

Salah satu beban paling berat bagi pemilik restoran di Singapura adalah harga sewa tempat usaha.

Banyak penyewa melaporkan kenaikan sewa mencapai 20-49 persen, bahkan ada yang melonjak 50–100 persen setelah pandemi.

Lonjakan ini tak lepas dari meningkatnya minat investor pada ruko komersial, sehingga pemilik properti menuntut imbal hasil sewa lebih tinggi.

Akibatnya, restoran kecil dan keluarga sulit bertahan, sementara hanya jaringan besar dengan modal tebal yang bisa menanggung biaya tersebut.

Baca Juga: Dari Pasar Malam ke Fine Dining, Daging Panggang Tak Pernah Kehilangan Pesona

2. Krisis Tenaga Kerja dan Gaji yang Melonjak

Selain sewa, masalah lain yang menghantam sektor kuliner adalah tenaga kerja. Jumlah juru masak berkurang, sedangkan permintaan staf tetap tinggi.

Akibatnya, banyak restoran terpaksa menggandakan gaji normal hanya untuk mendapatkan karyawan.

Bagi restoran kecil, kondisi ini jelas memberatkan. Mereka akhirnya terpaksa menutup usaha meski sudah menaikkan gaji dan mengurangi jam operasional.

3. Perubahan Gaya Hidup Konsumen

Krisis ini juga dipengaruhi oleh perubahan perilaku masyarakat. Jika dulu pelanggan setia bisa makan di restoran favorit mereka 3-4 kali seminggu, kini frekuensinya turun drastis, bahkan hanya sekali dalam sebulan.

×
Zoomed

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI