Ekonom Ungkap Data dari 'Purbaya Effect' ke Perekonomian Nasional

Achmad Fauzi Suara.Com
Jum'at, 14 November 2025 | 16:21 WIB
Ekonom Ungkap Data dari 'Purbaya Effect' ke Perekonomian Nasional
Menkeu Purbaya Yudhi Sadewa saat ditemui di kantor Kemenkeu, Jakarta, Selasa (28/10/2025). [Suara.com/Dicky Prastya]
Baca 10 detik
  • Menkeu Purbaya Yudhi Sadewa menggelontorkan Rp 200 triliun ke perbankan, berdampak pada pertumbuhan kredit dari 6,96 persen menjadi 7,2 persen.
  • Dampak likuiditas perbankan, khususnya penopang kredit BUMN, membuat pertumbuhan ekonomi kuartal III-2025 mencapai 5,04 persen.
  • Pertumbuhan ekonomi saat ini didukung konsumsi pemerintah, perlu peningkatan kepercayaan publik untuk menggerakkan konsumsi rumah tangga.

Suara.com - Menteri Keuangan (Menkeu) Purbaya Yudhi Sadewa terus menggelontorkan aksinya untuk perekonoman Indonesia. Aksi itu sering disebut oleh para ekonom 'Purbaya Effect'.

Chief Economist The Indonesia Economic Intelligence (IEI), Sunarsip, mengungkapkan dampak paling nyata terlihat dari likuiditas perbankan.

Sebelumnya, Purbaya mengguyur dana jumbo sebesar Rp 200 triliun di sistem perbankan. Langkah ini mendorong penyaluran kredit tumbuh dari 6,96 persen pada Agustus menjadi 7,2 persen.

Karyawan mengecek tumpukan uang tunai di cash pooling Plaza Bank Mandiri, Jakarta, Kamis (1/8/2024). [Suara.com/Alfian Winanto]
Karyawan mengecek tumpukan uang tunai di cash pooling Plaza Bank Mandiri, Jakarta, Kamis (1/8/2024). [Suara.com/Alfian Winanto]

"Pertumbuhan kredit itu sebagian besar masih ditopang oleh debitur BUMN. Dari 1,69 persen naik menjadi 10,04 persen," ujar Sunarsip dalam acara Katadata Policy Dialogue di Jakarta, yang dikutip, Jumat (14/11/2025).

Kementerian Keuangan mencatat, dana pemerintah senilai Rp 200 triliun yang ditempatkan di bank-bank milik negara (Himbara) telah banyak terserap untuk pembiayaan kredit. Dana tersebut baru disalurkan pada 12 September 2025.

Sunarsip mengatakan, tanpa tambahan kredit yang merupakan bagian dari Purbaya Effect, pertumbuhan ekonomi kuartal III 2025 kemungkinan tak akan mencapai 5,04 persen.

"Mungkin tanpa ini, pertumbuhan ekonomi kuartal III tidak bisa di atas 5 persen. Itu sebabnya saya bilang 'Purbaya Effect' sudah bekerja," jelasnya.

Sunarsip menuturkan, pertumbuhan ekonomi saat ini masih cukup baik, namun belum didukung oleh perbaikan konsumsi masyarakat. "Pertumbuhan ekonomi saat ini banyak ditopang oleh konsumsi pemerintah yang tumbuh 5,49 persen pada kuartal III 2025. Kalau tidak ada itu, mungkin ekonomi kita bisa lebih rendah lagi," imbuhnya.

Sementara, Tenaga Ahli Utama Dewan Ekonomi Nasional (DEN) Lutfi Ridho, menambahkan pemerintah sebenarnya terus berupaya memperkuat konsumsi rumah tangga. Namun, kunci utamanya adalah membangun kepercayaan publik terhadap prospek pendapatan mereka.

Baca Juga: Purbaya Lempar ke BI soal Wacana Redenominasi Rupiah: Kemenkeu Tak Ada Strategi

Ia menambahkan bahwa DEN akan memfokuskan perhatian pada peningkatan optimisme dan stabilitas pendapatan masyarakat. Jika kepercayaan itu terbentuk, konsumsi rumah tangga bisa kembali jadi motor utama pertumbuhan ekonomi, meski investasi masih akan jadi pendorong utama tahun depan.

"Mereka harus yakin terutama keyakinan pendapatan di masa yang akan datang," kata Lutfi.

×
Zoomed

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI