Suara.com - Nama Choirul Huda sudah sangat menyentuh di hati pecinta sepak bola. Tak terkecuali pemain, pengamat dan suporter. Terlebih lagi kepada pendukung Persela Lamongan.
Ya, Cak Huda, nama yang kerap disapa saat masih menjadi kiper Laskar Joko Tingkir era 1999-2017 tersebut menghembuskan nafas terakhirnya dua tahun silam pada 15 Oktober.
Insiden yang membuat penjaga gawang 38 tahun itu meregang nyawa terjadi cukup cepat. Kala itu Choirul Huda berbenturan dengan salah seorang pemain Persela, Ramon Rodrigues yang sama-sama berusaha mengamankan bola dari gempuran Semen Padang. Nahas, pertandingan tersebut menjadi kali terakhirnya mengawal gawang Laskar Joko Tingkir.
Pemain kelahiran Lamongan, Jawa Timur, 2 Juni 1979 itupun kini jadi legenda. Sebab, selama berkarier di dunia sepak bola, Huda tak pernah berpindah klub hingga mendapat julukan 'one man club'.
Dua tahun kepergiannya, pecinta sepak bola nyatanya masih mengingat jasa Huda. Bahkan beberapa pemain serta suporter sepak bola melakukan ziarah ke makam sang legenda tepat di hari kematiannya beberapa waktu lalu.
Terdapat beberapa hal menarik yang masih disimpan mantan kiper laskar Joko Tingkir semasa hidupnya. Berikut beberapa faktanya:
1. Membela klub hingga 503 pertandingan
Cak Huda memiliki catatan yang cukup apik saat membela Persela Lamongan. Membela selama 18 tahun, ia tercatat telah melakoni 503 pertandingan bersama tim.
Atas loyalitasnya terhadap Persela, Huda pun disebut sebagai one man club. Dimana dirinya tak pernah berpindah-pindah klub selama berkarier di dunia sepak bola.
Baca Juga: Tweet Wafatnya Choirul Huda Paling Banyak Di-retweet di Indonesia

2. Tiga kali mengawal Timnas Indonesia
Mantan pemain sekaligus Putera Daerah (Lamongan) ini merupakan kapten yang cukup disegani selama membela klub. Hal itu yang juga mengantarkan sang kiper dipilih menjadi penjaga gawang Timnas Indonesia. Sayangnya, pemain berpostur 1,8 meter ini hanya tiga kali membela skuat Garuda. Tiga laga tersebut antara lain, pertandingan persahabatan 2014 dan 2015, serta Kualifikasi Piala Asia 2015 silam.

3. Kematiannya disebut karena Hipoksia
Insiden benturan disebut sebagai penyebab Huda mengalami kondisi buruk hingga akhirnya meninggal. Saat kejadian, Huda mengalami kondisi sulit bernapas. Sehingga tim dokter yang menangani saat itu mendiagnosa sang kiper mengalami Hipoksia. Hal itu disebabkan karena trauma pada kepala, leher dan dadanya saat bertabrakan.

4. Disandingakan dengan pemain-pemain legenda
Kepergian Huda tak hanya ramai diperbincangkan di Indonesia, bahkan hingga FIFA turut memberi respon sebagai bentuk belasungkawa atas kematiannya.